Senin 14 Mar 2022 14:15 WIB

Penyebab Hotel di Makkah dan Madinah Masih Banyak yang Tutup

Arab Saudi Penyebab Hotel di Makkah dan Madinah Masih Banyak yang Tutup

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Penyebab Hotel di Makkah dan Madinah Masih Banyak yang Tutup. Foto ilustrasi: Hotel Yasier (Hotel 110) yang tadinya ditinggali oleh jamaah haji Indonesia asal embarkasi Batam, terlihat sepi. Jamah hajinya telah meninggalkan Kota Makkah ke Tanah Air sejak beberapa hari lalu.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Penyebab Hotel di Makkah dan Madinah Masih Banyak yang Tutup. Foto ilustrasi: Hotel Yasier (Hotel 110) yang tadinya ditinggali oleh jamaah haji Indonesia asal embarkasi Batam, terlihat sepi. Jamah hajinya telah meninggalkan Kota Makkah ke Tanah Air sejak beberapa hari lalu.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Kondisi di Makkah dan Madinah sudah mulai padat setelah Pemerintah Arab Saudi menghapus karantina dan PCR. Meski demikian belum banyak hotel-hotel di sekitaran dua masjid suci dibuka untuk disewa.

"Saat ini memang hotel yang ada di sistem yang ada di Madinah maupun Makkah masih sedikit," kata pemilik travel Firdaus Mulia Abadi (firdaus tour) Tri Winarto, saat diminta menyampaikan kondisi terkini di Arab Saudi, Senin(14/3).

Baca Juga

Tri mengatakan, saat ini hanya hotel-hotel yang masuk di sistem Booking Reference Number (BRN) di muasasah yang boleh beroprasional melayani jamaah menginap. Sementara hotel-hotel yang tidak memiliki BRN belum bisa buka karena menyangkut perizinan.

Menurutnya sangat beresiko bagi penyewa (travel) dan pihak yang menyewakannya jika hotel tersebut tidak memiliki sistem di BRN, namun tetap disewakan. Otoritas hanya hotel yang masuk BRN lah yang boleh beroperasi.

 

"Ada hotel-hotel yang dibuka tapi belum ada di sistem BRN juga ada, cuman ini bahaya dan sangat berisiko untuk diambil, sebab itu melanggar ketentuan Saudi," katanya.

Tri menerangkan, BRN adalah sistem pembelian hotel yang dilakukan oleh travel ke Muassasah. Artinya hotel-hotel yang ada di sistem BRN itulah yang mesti disewa pemilik travel umroh sebagai tempat penginapan jamaah.

Untuk itu kata dia, penting sekali pemilik travel menjalin hubungan kerja sama dengan muassasah. Hal ini untuk mengetahui hotel-hotel mana saja yang sudah diizinkan beroperasi oleh otoritas Saudi.

Tri mengatakan, hotel-hotel yang diizinkan buka harus memberikan update di sistem termasuk BRN. Menurutnya, banyak hotel yang buka tetapi tidak berada di sistem BRN sehingga hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pihak.

"Mungkin bahasanya hotel-hotel yang tidak disistem itu adalah ilegal," katanya.

Untuk itu Tri menyarankan, agar tidak mengalami resiko buruk yang harus dihadapi travel pengguna, maka tidak perlu menyewa hotel yang tidak ada di sistem BRN. Diantara Resiko yang bisa dialami penggunaan adalah bisa membayar tetapi  tetapi tidak bisa ditempati.

"Jika menyewa hotel yang tidak ada di sistem BRN diketahui oleh otoritas Saudi maka bisa jadi uangnya hilang. Inilah sebabnya saya menyarankan kepada teman-teman untuk hati-hati," katanya.

Tri mengatakan, menjelang high season di bulan Ramadhan dan awal Syawal, animo masyarakat untuk umroh pasti meningkat. Semua pihak pasti memanfaatkan dua momen ini untuk mendapat keuntungan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement