Kamis 02 Apr 2020 14:23 WIB

Komnas Haji Minta Saudi Utamakan Keselamatan Jutaan Jamaah

Kepastian menjadi dilema serius sebab keselamatan jamaah dan petugas jadi pertaruhan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Suasana area tawaf yang lengang di Masjidil Haram setelah Kerajaan Arab Saudi sebagai Pelayan Dua Kota Suci menghentikan sementara ibadah umrah, Jumat (6/3).
Foto: Ganoo Essa/Reuters
Suasana area tawaf yang lengang di Masjidil Haram setelah Kerajaan Arab Saudi sebagai Pelayan Dua Kota Suci menghentikan sementara ibadah umrah, Jumat (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komnas Haji dan Umrah, Mustolih Siradj, mengatakan, Kerajaan Arab Saudi dapat lebih  mengutamakan keselamatan jamaah karena adanya virus corona atau Covid-19 terkait ibadah haji. Sampai saat ini masih belum ada kepastian perihal penyelenggaraan haji pada 2020.

Mustolih mengungkapkan, begitu sulit bahkan mustahil menerapkan metode physical distancing atau social distancing dalam mengontrol pergerakan jutaan manusia dengan latar belakang budaya berbeda. Suasana tersebut berpeluang menimbulkan ancaman kesehatan dan keselamatan yang serius.

"Karena itu, kebijakan penundaan haji patut menjadi opsi utama untuk dipertimbangkan," kata Mustolih, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Kamis (2/4).

Menurut Mustolih, apabila haji tetap diselenggarakan, ibadah ini akan melibatkan 1,5 juta orang lebih berkumpul dalam satu wilayah di Arab Saudi. Hal ini akan menjadi tempat penularan dan penyebaran virus, baik kepada jamaah maupun petugas.

 

"Misalnya pada saat ritual tawaf di Ka’bah yang terletak di Masjidil Haram, wukuf di Padang Arafah, atau saat melempar jumrah. Berapa banyak tenaga medis dan tim keamanan yang harus diterjunkan," ucapnya.

Dilihat dari situasi saat ini dengan banyak negara masih terus berjuang melawan merebaknya virus corona di wilayahnya, pengiriman misi haji dapat memperburuk situasi. Terlebih, banyak maskapai penerbangan juga masih menutup rute.

Ia mengatakan, Indonesia sangat berkepentingan dalam isu ini sebagai negara yang mendapat kuota terbesar, 231 ribu orang. Indonesia juga masih berjuang dengan penanganan corona di berbagai wilayah dalam negeri.

"Akan menjadi dilema serius karena keselamatan jamaah dan petugas akan menjadi pertaruhannya. Sisi lain bila haji tidak terselenggara akan membuat daftar antrean haji makin mengular dan membuat kecewa jamaah yang telah menunggu bertahun-tahun," kata dia.

Sebelumnya beradar kabar dari banyak media perihal Menteri Urusan Haji dan Umrah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi Muhammad Saleh bin Taher Banten meminta kepada berbagai negara untuk menunda berbagai kontrak terkait penyelenggaraan haji tahun ini. Ibadah haji akan berlangsung pada Juli mendatang. Namun, virus corona masih melanda dunia.

Mustolih mengatakan, kebijakan Raja Salman sebagai pemegang kekusaan tertinggi di Arab Saudi saat ini tengah dinantikan. Harapan dan ekspektasi publik adalah kebijakan yang nanti disampaikan lebih mementingkan aspek kesehatan dan keselamatan jutaan jamaah haji yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

"Demi keselamatan jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia dari infeksi virus corona, kebijakan penundaan umroh telah ditetapkan dan masih berlangsung sampai sekarang. Sebuah langkah penyelamatan dan pengorbanan yang patut mendapat respek, penghargaan, dan apresiasi setinggi-tingginya dari masyarakat dunia," kata Mustolih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement