Ahad 24 Feb 2019 17:00 WIB

Seruan untuk Memiliki Banyak Anak

Pasangan suami istri yang memiliki banyak anak menduduki posisi terhormat.

Warga Palestina
Warga Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar dua tahun lalu, Republika didatangi tamu ulama Palestina. Pimpinannya adalah Nawaf Takruri yang menjabat Chairman of Association of Palestine Scholars Aboard yang berdomisili di Turki.

Dia begitu bersemangat menceritakan kondisi Masjid al-Aqsha khususnya dan Palestina secara umum. Mus lim di sana makin tertekan karena militer zionis selalu berusaha merebut lahan masyarakat di sana. Lahan Palestina makin menyempit di tengah impitan dan tekanan Israel yang mendapatkan pengakuan banyak negara dunia.

Baca Juga

Namun, di tengah impitan kehidupan di sana, ada beberapa suasana unik. Pertama, anak-anak Muslim di sana sudah dibiasakan menghafal ayat-ayat Ilahi. Mulut mereka sudah diarahkan untuk menghafalkan Alquran sehingga ketika suatu saat rumah mereka diserang dan hancur, Alquran tetap ada dan abadi di hati sanubari.

Hafalan Alquran dilakukan bertahap. Setiap hari biasanya mereka menyi cil hafalan ayat demi ayat. Kemudian, anak-anak akan membiasakan diri untuk mengulang hafalannya supaya tidak cepat lupa. Bait-bait firman Allah juga mereka lafalkan ketika shalat dan berdoa. Dengan begitu, tak ada hari yang lepas dari ayat Ilahi. Masya Allah.

Fenomena kedua adalah tradisi memiliki banyak anak. Pasangan suami istri yang memiliki banyak anak menduduki posisi terhormat di mata penduduk Palestina. Mereka dianggap sebagai keluarga yang menghasilkan banyak generasi Muslim.

Anak-anak itulah yang kelak menjadi pejuang yang membela Palestina ketika berhadapan dengan Israel. Orang tuanya mengikhlaskan anakanak mereka menjadi pejuang. Kalau satu orang mati maka masih ada saudaranya yang lain. Mafi musykilah, kata Nawaf disambut tawa orang-orang yang berbicara bersamanya.

Orang yang memiliki banyak anak akan lebih percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain. Dia dengan bangga menyebut jumlah anaknya. Enam, 10, 12. Bangga sekali, kata Nawaf. Orang sekitar akan bertanya tentang bagaimana bisa melahirkan generasi umat sejumlah itu.

Sementara itu, yang memiliki anak dua atau tiga orang biasanya akan menyembunyikan diri di tengah keramaian. Ketika ditanya orang banyak, berapa jumlah anaknya, dia menjawab dengan suara berbisik. Hanya dua atau tiga, kata Nawaf menirukan jawaban orang Palestina semacam itu. Lalu, teman-temannya akan menasihati orang tersebut untuk lebih bersemangat menambah keturunan.

Anak-anak Palestina tak hanya berasal dari pernikahan putra-putri setempat. Ada pula yang menikah de ngan pria Indonesia. Lalu, anak-anak nya mewariskan semangat perjuangan dan mem bantu upaya para pejuang di sana memperta hankan haknya.

Ada saja orang Indonesia yang menikahi wanita Pa les tina. Itu sudah biasa ter jadi, kata Nawaf Bagi masyarakat Palestina, anak bukan semata-mata mewa risi keturunan. Mereka mem bawa semangat ideologis untuk memper tahankan negara yang selama ini menjadi jajahan Israel.

Mere kalah yang kelak menerus kan perjuangan para pendahulu yang pantang me nyerah mempertahankan tanah Palestina dari belenggu zionis Israel. Dalam kondisi sulit, masyarakat Palestina sangat membutuhkan dukung an Muslim berbagai negara. Selain mempertahankan diri sendiri dan keluarga, mereka juga harus menjaga al- Aqsha, masjid yang pernah menjadi kiblat umat Islam, tempat sujud yang dahulu menjadi pijakan Rasulullah melaksanakan perjalanan menuju Sidratulmuntaha.

Jejak Rasul me lak sanakan perja lanan itu diabadikan dalam Kubbatus Sha khrah, bangunan yang dibuat oleh Dinasti Umayyah. Mas jid tersebut ber ada dalam Kompleks Masjid al- Aqsha yang begitu luas.

Masjid tersebut kini menjadi desti nasi masyarakat berbagai latar bela kang. Ada yang datang ke sana untuk beribadah. Ada pula yang sekadar ber wisata untuk menikmati keindahan wa risan masa lalu yang penuh dengan dinamika dari raja ke raja dan dinasti ke dinasti.

Al-Aqsha merupakan saksi bisu berbagai perubahan masyarakat dari berbagai zaman. Muslim setempat selalu berusaha untuk memperta hankan bangunan suci tersebut, meski Israel selalu mencengkeram Muslim setempat agar mau melepaskan daerah tersebut dan menyerahkannya kepada militer Zionis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement