Kamis 10 Jan 2019 10:53 WIB

Mengenal Konsep Hunian Tradisional Suriah

Konsep hunian dengan area terbuka di tengahnya banyak ditemukan di Suriah.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Rumah Tradisional Suriah
Foto: muslimheritage.com/Mahmoud Zein Alabidin
Rumah Tradisional Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah-rumah dengan area taman atau halaman di tengahnya merupakan salah satu peninggalan arsitektur yang masih bertahan di Suriah. Selain di Suriah, hunian semacam ini juga banyak ditemui di Irak pada tiga milenium lalu.

Sejarah mencatat, konsep hunian dengan area terbuka di tengahnya sudah ditemukan pada bangunan Bilad al-Sham serta bangunan lain di sekitar Sungai Eufrat dan Tigris. Bangsa Arab nomaden juga menggunakan konsep serupa saat berdiam di suatu daerah dan membangun tenda.

Tenda-tenda yang mereka bangun akan dibuat melingkar dengan ruang terbuka di tengah sebagai area perlindungan bagi hewan yang dibawa. Kebiasaan ini bertahan saat mereka mulai hidup menetap dan membangun rumah permanen.

Rumah dengan ruang terbuka untuk taman di tengah dan empat ruangan yang mengelilinginya populer pada masa Dinasti Umayyah dan terus digemari hingga dinasti setelahnya. Meski tiap zaman punya improvisasi dan kekhasan sendiri.

Pangeran Dinasti Umayyah, Abdul Rahman I, yang pergi dari Suriah ke Andalusia pada pertengahan abad kedelapan Masehi juga membangun hunian serupa. Rumah ini diberi nama al-Rusafa untuk mengenang mendiang kakeknya. Taman yang ada di bagian tengah rumah ini ditanami aneka tumbuhan eksotik koleksi raja.

Rumah-rumah eksotik ala Suriah ini pada umumnya dibuat bilateral. Sisi kanan dan kiri dibangun dalam ukuran sama. Ruangan-ruangan yang ada di sekeliling taman pun sebisa mungkin memiliki ukuran yang sama.

Dengan berkembangnya arsitektur Arab-Islam, konsep hunian dengan area terbuka menjadi model khas dan berakar kuat seiring kebutuhan terhadap ruang terbuka. Di Suriah, terutama di Kota Aleppo, hunian dengan ruang terbuka memiliki tiga elemen utama yakni lantai bawah tanah, lantai dasar (al salamlek) yang digunakan untuk aneka aktivitas keseharian, dan lantai atas (al haramlek) yang merupakan area privat.

Ketika terjadi peperangan, rumah dengan ruang bawah tanah amat berguna. Ruangan ini tak hanya menjadi pengatur suhu ruangan di atasnya, tapi juga tempat menyimpan stok makanan.

Di lantai dasar, rumah-rumah ini memiliki pintu utama yang umumnya serupa yakni dua daun pintu dari kayu sederhana. Karena semua rumah memiliki daun pintu yang hampir sama, maka dari luar sulit membedakan apakah si empunya rumah tergolong orang berada atau jelata.

Setelah melalui pintu masuk, biasanya terdapat satu pintu lagi atau gorden di ujung lorong yang menjadi gerbang masuk menuju area terbuka hunian berupa taman. Taman ini dilengkapi air mancur di tengahnya dan muka-muka bangunan di sekeliling taman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement