Sabtu 31 Oct 2020 05:55 WIB

Meneladani Kedermawanan Rasulullah

Rasulullah tidak pernah hidup hanya untuk dirinya sendiri.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah adalah sosok yang begitu sangat kaya dan dermawan namun memilih hidup sederhana. Rasulullah rela semua harta kekayaannya diberikan untuk kemaslahatan umat sementara dirinya memilih hidup bisa-bisa saja meski sejatinya mudah bagi Rasulullah untuk hidup bergelimang harta.

Salah satu contoh kecilnya adalah ketika pasukan Muslim berhasil memenangi perang Hunain. Setelah perang, pasukan Muslim berhasil mendapatkan 40 ribu ekor domba, 24 ribu ekor unta, 4 ribu uqiyah perak (1 uqiyah kurang lebih 4 kilogram), dan 6 ribu budak.

Menurut cendekiawan Muslim asal Turki, Muhammad Fethullah Gulen dari seluruh jumlah pampasan perang itu, Rasulullah berhak mengambil seperlimanya. Tetapi Rasulullah tak mengambilnya dan justru membagikan seluruhnya kepada umatnya.

"Tinggal sekarang anda hitung berapa kira-kira jumlah pampasan perang yang didapat dari semua perang yang Rasulullah pimpin, ditambah dengan hadiah dan bingkisan yang diberikan para kepala suku, penguasa, dan raja-raja. Sebenarnya jika Rasulullah mau mengambil hak beliau yang telah ditetapkan Allah, beliau sangat bisa menjalani hidup sebagai seorang hartawan yang sangat makmur. Tapi ternyata Rasulullah memilih untuk hidup sebagai seorang fakir, dan membagi-bagikan semua harta yang menjadi hak beliau kepada orang banyak," jelas Fethullah Gulen dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia.

Tak ada manusia mana pun yang selain Rasulullah yang memiliki kemurahan hati dan kedermawanan sehebat beliau. Bahkan sahabat Anas bin Malik mengatakan Rasulullah adalah manusia paling dermawan dan pada bulan Ramadhan Rasulullah menjadi semakin dermawan.

Fethullah Gulen menjelaskan Rasulullah tidak pernah hidup hanya untuk dirinya sendiri. Di sepanjang hidupnya, Rasulullah selalu hidup untuk orang lain dan demi kebahagiaan umat manusia. Rasulullah selalu senang ketika melihat orang lain gembira. Bahkan Rasulullah selalu meletakan keluarganya pada bagian paling terakhir dalam runut prioritas untuk mendapatkan kesenangan.

Setiap kali ada pampasan perang yang didapat pasukan Muslim, pihak pertama yang mendapatkan bagian dari Rasullullah adalah keluarga para syuhada perang Badan dan Uhud. Bahkan Rasulullah tidak pernah memberikan bagian apa pun kepada keluarganya sendiri, sebelum semua muslim mendapatkan bagiannya.

Sampai-sampai ketika setelah perang Hunain, Rasulullah memberikan pada Shafwan bin Umayyah pampasan perang sebanyak seratus ekor ternak tiga kali beruntut. Setelah kejadian itu, Shafwan yang dulunya membenci Rasulullah justru berbalik menjadi orang yang sangat mencintai Rasulullah. Bahkan Rasulullah beberapa kali memberikan serban yang sedang dikenakannya kepada orang yang menginginkannya. Rasulullah sering memberi sesuatu yang diminta orang-orang badui yang datang.

"Rasulullah adalah pribadi yang selalu bekata ya bagi siapa pun yang meminta kepadanya, asalkan permintaan itu tidak melanggar syriat. Benar, memang tidak ada seorang pun yang mampu menandingi kedermawanan dan kemurahan hati Rasulullah," jelas Fethullah Gulen.

Kedermawanan Rasulullah juga berhasil diikuti oleh istrinya yakni Khadijah. Khadijah adalah muslimah pertama dalam sejarah Islam. Arti nama Khadijah sendiri yakni yang lahir cepat. Khadijah adalah wania terkaya di Mekah yang kemudian menginfakkan semua hartanya di jalan Allah.

"Islam, kedermawanan, dan akhlak yang baik itulah yang diminta Rasulullah. Jika Anda tidak mampu mencapai kesempurnaan Islam, maka berusahalah untuk menggapainya dengan akhlak yang baik, kedermawanan, dan sikap murah hati dalam berinteraksi dengan semua makhluk," kata Fethullah Gulen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement