Kamis 24 Sep 2020 23:47 WIB

Janissari, Pasukan Elite Kesultanan Ottoman yang Melegenda

Pasukan elite Kesultanan Ottoman Janissari dibekali dengan kemampuan khusus.

Pasukan elite Kesultanan Ottoman Janissari dibekali dengan kemampuan khusus.  Janissari ilustrasi
Foto: wikipedia
Pasukan elite Kesultanan Ottoman Janissari dibekali dengan kemampuan khusus. Janissari ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Luasnya imperium Turki Usmani atau Ottoman dalam ejaan Barat tidak lepas dari perjuangan para pasukan Utsmaniyah yang pada kala itu dianggap sebagai pasukan terkuat di dunia. Salah satu pasukan andalan Turki Utsmani adalah pasukan elite yang disebut Yeniçeri atau Janissari.

Artinya, “Pasukan Baru'”. Janissari merupakan salah satu korps utama pasukan Angkatan Darat (Infanteri) Utsmaniyah pada saat itu. Pasukan ini memiliki kemampuan perang khusus. Tugasnya menjaga keamanan seorang sultan.

Baca Juga

Pasukan elite tersebut pernah menjadi salah satu pasukan pengamanan kepala pemerintahan (secret service) terbaik di dunia pada saat itu. Selain kemampuan bertarung, Janissari dikenal memiliki kemampuan penggunaan senapan api pertama. Janissari muncul dari sebuah gagasan brilian dalam strategi kemiliteran dunia.

Ide itu muncul saat Sultan ketiga Turki Utsmani, Murad I (1326-1389 M) berkuasa. Sultan Murad I terkenal sebagai sosok yang taat, pemberani, dan dermawan. Ia menerapkan sebuah sistem rekrutmen pasukan yang dinilai kontroversial, namun cukup brilian. Sultan melakukan Devsirme atau merekrut calon tentara potensial dari remaja lelaki Kristen di daerah penaklukan wilayah Balkan. 

 

Para remaja tangguh ini kemudian diislamkan lalu dididik secara militer. Pendidikan yang keras membuat mereka terlatih dalam perang, juga memiliki kemampuan khusus sebagai pengawal pribadi sultan. “Sultan Murad I menetapkan pedoman ketat dalam memilih calon untuk Jannisari,” ujar Micah Azzir, seorang sejarawan Turki dari Istanbul yang melakukan penelitian tekait Janissari.

Ia mengungkapkan latar belakang Sultan Murad I merekrut pasukan dengan cara tersebut karena rapuhnya tentara Utsmaniyah pada saat itu. Maklum, pasukan Turki kala itu berasal dari berbagai suku taklukan. Minimnya pendidikan militer membuat kesetiaan mereka masih kuat kepada para pemimpin suku masing-masing. Sedangkan di sisi lain, para pemimpin mereka sering kali melakukan pemberontakan terhadap sultan. 

Karenanya, Sultan Murad berpikir ia membutuhkan kesetiaan sebagai kunci utama para sultan untukmempersatukan daerah-daerah taklukan. Para Janissari ini tunduk pada aturan ketat, membatasi kebebasan mereka dan menuntut standar moral yang tinggi. Ini membuat mereka sebagai pasukan elite pemimpin negara terbaik pada masanya.

“Mereka ditempa berbagai kemampuan keilmuan, mental, dan fisik, dilatih selama delapan tahun memanah, bermain pedang, menunggang kuda, gulat, angkat besi, hingga menggunakan senjata api pertama,” kata Azzir memaparkan. Mereka menjalani pendidikan militer di sekolah terbaik (Acemi Oglan) khusus Janissari di Enderun.

Di sekolah ini, taruna muda dipilih sesuai bakat keilmuan mereka, seperti bersenjata, pemanah, artileri, ahli senapan, hingga insinyur, seniman, dan ulama. Namun yang membedakan, katanya, mereka dilarang untuk berjanggut dan hanya memelihara kumis.

Mereka dilatih tetap untuk perang, dilarang keras minum alkohol, berjudi, bahkan sebagian memilih tidak menikah. Kandidat terbaik akan dikirim ke istana sultan. Di sana,  mereka akan dibentuk sebagai pengawal elite utama Jannisari. Sedangkan, sebagian lain akan menjadi pasukan cadangan yang akan dipekerjakan sementara di bawah pengawasan Kesultanan Utsmaniyah sebagai pegawai pemerintahan hingga tenaga terampil lainnya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement