Senin 28 Sep 2020 10:13 WIB

Rumah Arqam Jadi Tempat Dakwah Pertama Islam

Di rumah inilah perkumpulan beberapa orang yang hatinya telah di sinari cahaya Islam

Rep: Ali Yusuf/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum Islam tersebar, Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi di salah satu rumah sahabatnya yang telah menerima hidayah. Rumah pertama yang dipakai menyampaikan risalah Islam adalah rumah anak muda bernama Arqam bin Abi Arqam.

Aan Wulandari dalam bukunya "Kisah Istimewa Asmaul Husna" menuliskan letak rumah Arqam ini berada di tempat yang terpencil dan tersembunyi tepatnya di bukit Shafa.  Di rumah inilah perkumpulan beberapa orang yang hatinya telah di sinari cahaya Islam.

"Mereka mendengar Nabi Muhammad menyampaikan ajaran yang mulia," katanya.

Kaum Muslimin ini setiap beberapa waktu sekali pergi ke rumah Arqam dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka takut ketahuan kaum Musyrikin yang tentunya akan membubarkan kegiatan tersebut.

"Rumah Arqom menjadi Madrasah pertama bagi kaum muslimin saat itu," katanya.

Rumah ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang pertama yang memeluk Islam. Di sinilah Rasulullah SAW mendidik mereka untuk menjadi jiwa yang tangguh dalam berdakwah dan membela Islam.

Semakin lama, perkumpulan umat Islam ini semakin banyak. Hingga tercatat ada sekitar 40 orang yang datang ke rumah Arqam, mulai dari yang tua sampai muda. Ketika itu Ali Bin Abi Thalib yang paling muda, usianya baru berumur 10 tahun dan Ubaidah bin harits yang paling tua berusia 50 tahun.

"Mereka semangat berbaur mendengarkan Rasulullah menyampaikan pesan-pesan Islam yang damai," katanya.

Ketika itu tak ada kaum musyrikin yang mencurigai rumah ini sebagai pusat dakwah islam pertama. Keislaman Arqom tidak banyak yang tahu. Apalagi kalau itu, ia masih berusia 16 tahun. Tak terbersit di benak mereka, rumah seorang remaja digunakan sebagai markas tempat berkumpulnya umat Islam kala itu.

Arqom berasal dari bani Makhzum. Suku ini dikenal sangat memusuhi Bani Hisyam, suku Rasulullah SAW dan pada masanya, kedua suku ini saling bersaing sehingga, kaum musyrikin sama sekali tak akan mengira Rasulullah SAW yang mengumpulkan orang-orang di rumah orang yang berasal dari suku yang memusuhi sukunya sendiri.

Aan Wulandari mengatakan kisah ini dikaitkan dengan Asmaul Husna Al Jaamil yang artinya Maha Mengumpulkan. Dalam surah Saba ayat 26 Allah berfirman.

"Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua....."

Makna ayat di atas adalah Al Jaami Yang Maha mengumpulkan di padang Mahsyar ketika hari kiamat tiba. Hikmah dari cerita ini adalah, berkumpul dan bergaullah dengan teman-teman yang baik, karena mereka akan membuat kita jadi orang baik.

"Mereka bagaikan minyak wangi yang akan memberi manfaat untuk kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement