Kamis 29 Oct 2020 23:20 WIB

Maulid Nabi SAW Konon Kerap Digelar di Kesultanan Islam Jawa

Sejumlah data menguatkan adanya tradisi Maulid Nabi SAW di kerajaan Islam Jawa.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Grebeg Mulud Sekaten. Gunungan siap untuk diperebutkan warga saat akhir acara Sekaten di Masjid Gedhe, Yogyakarta. Peringatan ini untuk memeringatan maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW..
Foto: Republika/ Wihdan
Grebeg Mulud Sekaten. Gunungan siap untuk diperebutkan warga saat akhir acara Sekaten di Masjid Gedhe, Yogyakarta. Peringatan ini untuk memeringatan maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tradisi Maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Muslim Tanah Air. Lalu, dari mana asal-usul tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di bumi nusantara ini?

Dalam buku "Maulid Nabi: Menggapai Keteladanan Rasulullah", Ahmad Muthohar menjelaskan, tradisi Maulid Nabi sangat mungkin telah dilakukan oleh para pemeluk Islam Nusantara seiring proses Islamisasi yang terjadi pada abad ke-13 dan ke-16.  

Baca Juga

Menurut dia, hal ini didukung kenyataan bahwa pada abad ke-13 dan ke-14 M, di kawasan Timur Tengah sudah ada tradisi peringatan maulid nabi, baik yang dilaksanakan orang-orang Sunni maupun orang Syi'ah.   

Sekarang, yang menjadi persoalan adalah apakah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dipraktikkan pada masa itu persis seperti apa yang dilakukan sekarang, yakni dengan membaca teks-teks ritual sirah Nabi? Atau cukup seperti apa yang dilakukan para penguasa Mamluk di Mesir dan Turki Utsmani Abad Pertengahan, yakni dengan membagi-bagikan hadiah kepada segenap kaum dhuafa serta para ulama? 

Menurut Ahmad Muthohar, pertanyaan tersebut sulit untuk dibuktikan karena keterbatasan sumber atau data untuk dianalisis. Menurut dia, tentang perayaan Maulid Nabi ini pun hanya ada beberapa sumber yang dapat dijelaskan. Yakni, dari apa yang pernah dilaksanakan para penguasa kerajaan Islam di Jawa yaitu Kesultanan Mataram, sebagai warisan Kesultanan Demak, dan Kesultanan Banten.  

Dia mengatakan, tampaknya perayaan Maulid Nabi ini pernah dilaksanakan Kesultanan Demak, sehingga Kesultanan Mataram yang berdiri pada akhir abad ke-16 Masehi dan warisannya masih eksis sampai sekarang berupa bangunan yang disebut Keraton Ngayogyakarta dan Keraton Kartosono hanya meneruskan tradisi ini.  

Dalam Kesultanan Mataram, menurut dia, telah dikenal tradisi Grebeg yang merupakan hasil dari akulturasi adat Jawa dengan kebudayaan Islam. Sehingga dikenallah istilah Grebeg Bedar, Grebeg Mulud, dan Grebeg Puasa.  

Grebeg Mulud sendiri mungkin pertama kali dilaksanakan antara 1613 sampai 1646 M, yang diselenggarakan di Kesultanan Mataram disebut Sekaten. 

Tujuannya untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Sedangkan prosesinya dilaksanakan pada Rabiul Awal dan harus jatuh pada hari Senin Pon, tanpa memperhitungkan tanggal.  

Kerajaan Islam lain yang pernah melaksanakan perayaan Maulid Nabi adalah Kesultanan Banten, sekitar menjelang akhir abad ke-17 M. Hal ini telah direkam tulisan para sejarawan yang di antaranya adalah Azyumardi Azra.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement