Sabtu 16 Jul 2022 10:46 WIB

AS dan Arab Saudi Sepakat Cegah Iran Kembangkan Senjata Nuklir

Biden menegaskan komitmen AS untuk mendukung keamanan dan pertahanan teritorial Saudi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
File foto 1 September 2014 ini, menunjukkan reaktor riset nuklir di markas besar Organisasi Energi Atom Iran, yang online dengan bantuan Amerika pada tahun 1967 - sebelum Revolusi Islam Iran tahun 1979 merenggangkan hubungan antara kedua negara, di Teheran. Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi sepakat untuk menghentikan ambisi Iran memperoleh senjata nuklir.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
File foto 1 September 2014 ini, menunjukkan reaktor riset nuklir di markas besar Organisasi Energi Atom Iran, yang online dengan bantuan Amerika pada tahun 1967 - sebelum Revolusi Islam Iran tahun 1979 merenggangkan hubungan antara kedua negara, di Teheran. Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi sepakat untuk menghentikan ambisi Iran memperoleh senjata nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi sepakat untuk menghentikan ambisi Iran memperoleh senjata nuklir.  Kantor berita pemerintah Saudi, SPA, mengatakan, kesepakatan ini dicapai dalam kunjungan Presiden Joe Biden ke Riyadh.

Dalam sebuah pernyataan, Biden menegaskan komitmen berkelanjutan Amerika Serikat untuk mendukung keamanan dan pertahanan teritorial Arab Saudi. Termasuk memfasilitasi Kerajaan Saudi untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam mempertahankan rakyat dan wilayahnya dari ancaman eksternal.

Baca Juga

Iran dan Saudi memutuskan hubungan pada 2016 karena mendukung pihak yang berlawanan dalam perang proksi di seluruh wilayah, mulai dari Yaman hingga Suriah. 

"Arab Saudi dan Amerika Serikat menggarisbawahi perlunya untuk lebih mencegah campur tangan Iran dalam urusan internal negara lain, termasuk dukungannya untuk terorisme melalui proksi bersenjatanya, dan upaya mengacaukan keamanan dan stabilitas kawasan," kata pernyataan bersama AS dan Saudi.  

Saudi dan AS menekankan pentingnya menjaga arus perdagangan bebas melalui jalur perairan internasional yang strategis, seperti Bab al-Mandab dan Selat Hormuz. Pada 2015, Iran menandatangani kesepakatan dengan enam negara besar untuk membatasi program nuklirnya agar lebih sulit mendapatkan senjata dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi. Kesepakatan itu dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Iran mengatakan program nuklirnya bertujuan untuk kebutuhan sipil.

Pada 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari JCPOA. Ketika itu Trump mengatakan, JCPOA tidak cukup untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Sejak itu, Iran meningkatkan beberapa kegiatan nuklir melalui peningkatan pengayaan uranium. Di bawah pemerintahan Biden, AS ingin kembali menghidupkan JCPOA. Hingga kini negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut belum mencapai hasil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement