REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Seorang pengungsi Suriah dan atlet olimpiade, Yusra Mardini, akan bersaing untuk Tim Pengungsi di Olimpiade Tokyo 2020 dalam acara multi-olahraga yang akan dimulai pada 23 Juli.
"Mereka bukan datang dari satu bangsa, atau bahasa. Tapi mereka memilih untuk menjaga mimpi mereka tetap hidup. Yusra Mardini adalah bagian dari Tim Olimpiade Pengungsi IOC Tokyo 2020," kata akun Instagram Olimpiade pada Selasa.
"Masing-masing dari kita memiliki cerita yang berbeda. Tapi ada kesamaan yang kita semua miliki: Kami memilih untuk menjaga impian kami tetap hidup," kata Mardini dalam sebuah video.
"Kami membawa mereka bersama kami. Melintasi lautan dan gurun dan kota. Kami menyatukan mereka. Sebuah tim milik semua orang. Karena garis start tidak peduli siapa kita. Hanya saja kita akan menghadapinya, bersama-sama," tambah pemain berusia 23 tahun itu.
Mardini melarikan diri dari Suriah yang dilanda perang pada 2015, empat tahun setelah perang saudara dimulai. Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi.
Mardini awalnya mengungsi di Turki kemudian mengarungi laut berbahaya untuk menyeberang ke Yunani dengan perahu kecil. Selama perjalanan di Laut Aegea, mesin sampan berhenti bekerja dan mengalami kebocoran. Mardini dan adiknya Sarah melompat ke laut untuk mendorong dan menyeret perahu yang membawa 20 orang ke pulau Yunani Lesbos.
Mereka menghabiskan waktu tiga jam di dalam air untuk bertahan hidup. Kemudian mereka melakukan perjalanan ke Jerman, di mana mereka tinggal saat ini.
PBB menunjuk Yusra sebagai Goodwill Ambassador untuk UNHCR pada tahun 2017. Dia sebelumnya ditunjuk untuk bersaing untuk Tim Olimpiade Pengungsi di Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro.
Sebanyak 29 atlet - termasuk Mardini - yang akan bersaing untuk Tim Olimpiade Pengungsi IOC di Tokyo dan mewakili 12 cabang olahraga seperti bulu tangkis, tinju, kano, balap sepeda, judo, karate, taekwondo, menembak, berenang, angkat besi, dan gulat.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
