Selasa 18 Jan 2022 09:22 WIB

Inggris Pasok Persenjataan untuk Militer Ukraina

Inggris memasok rudal anti-tank jarak pendek kepada militer Ukraina

Rep: Rizky Jaramaya / Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Rudal
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Rudal

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris memasok rudal anti-tank jarak pendek kepada militer Ukraina, untuk pertahanan diri setelah Rusia mengerahkan ratusan tentara di perbatasan. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada anggota parlemen, sebuah tim kecil pasukan militer Inggris akan dikirim ke Ukraina untuk memberikan pelatihan.

"Ada alasan yang sah dan nyata untuk mengkhawatirkan bahwa pasukan Rusia dapat melakukan invasi," ujar Wallace, dilansir BBC, Selasa (18/1).

Baca Juga

Puluhan tentara Inggris telah berada di Ukraina sejak 2015 untuk membantu melatih angkatan bersenjata mereka. Inggris juga telah membuat komitmen untuk membantu membangun kembali angkatan laut Ukraina setelah invasi Rusia ke Krimea pada 2014.

Wallace mengatakan, Inggris akan memberikan bantuan ekstra karena perilaku Rusia yang semakin mengancam. Pengiriman tahap pertama senjata anti-armor ringan telah dilakukan pada Senin (17/1). Wallace mengatakan, persenjataan yang dikirim ke Ukraina beesifat defensif dan bukan strategis. Senjata tersebut digunakan untuk membela diri.

"Ukraina memiliki hak untuk mempertahankan perbatasannya dan paket bantuan baru ini semakin meningkatkan kemampuan mereka. Dukungan ini untuk kemampuan senjata jarak pendek dan jelas bersifat defensif, itu bukan senjata strategis dan tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia, mereka harus digunakan untuk membela diri," ujar Wallace.

Wallace mengatakan, ada sanksi internasional yang siap diterapkan jika Rusia  mengambil tindakan invasi terhadap Ukraina. Menurut Wallace, setiap invasi akan dipandang sebagai pendudukan yang dapat menyebabkan hilangnya banyak nyawa di semua pihak.

"Saya masih tetap berharap bahwa diplomasi akan menang. Itu adalah pilihan Presiden (Vladimir) Putin apakah akan memilih diplomasi dan dialog, atau konflik dan konsekuensinya," kata Wallace.

Konflik antara separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur dan militer Ukraina telah berlanjut sejak 2014. Badan intelijen Barat dan Ukraina memperkirakan, Rusia dapat melakukan invasi pada awal 2022.

Sementara itu, Rusia menuduh negara-negara NATO memasok persenjataan ke Ukraina. Rusia menuding Amerika Serikat telah memicu ketegangan di kawasan itu. Rusia menuntut agar NATO menghentikan ekapansi ke wilayah timur. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan, sangat wajib untuk memastikan bahwa Ukraina tidak pernah menjadi anggota NATO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement