Sabtu 24 Jul 2021 06:35 WIB

Studi Kaji Perbedaan Respons Imun dari Vaksin dan Infeksi

Kedua jalur kekebalan menghasilkan pengembangan antibodi penetralisir Covid.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi virus corona.
Foto: Pixabay
Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Baik infeksi maupun vaksinasi dianggap dapat menyebabkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19. Studi pendahuluan mengevaluasi mekanisme vaksin menawarkan perlindungan terhadap virus dan membandingkan data dengan orang yang mengembangkan kekebalan melalui infeksi.

Dilansir dari Slashgear, Sabtu (24/7), studi ini membandingkan respons imun pada individu yang diberi dua dosis vaksin mRNA dengan individu yang tidak divaksinasi tapi telah tertular virus dan pulih dari Covid-19 tanpa gejala. Para peneliti bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme di balik respons imun yang dihasilkan dari vaksin mRNA dibandingkan dengan infeksi virus.

Baca Juga

Kesamaan dalam respons kekebalan antara individu yang divaksinasi dan mereka yang tertular virus ternyata serupa. Meskipun, pada tingkat sel, para peneliti mencatat beberapa perbedaan di antara keduanya.

Kedua jalur kekebalan menghasilkan pengembangan antibodi penetralisir. Para peneliti mampu mendeteksi antibodi pada peserta setelah dua minggu dari dosis pertama (dalam beberapa kasus). Tapi mereka melaporkan bahwa tingkat antibodi melonjak secara substansial setelah suntikan vaksin mRNA kedua.

Setelah dosis vaksin pertama, konsentrasi antibodi penetralisir serupa dengan individu yang telah tertular virus. Namun, dosis 'penguat' kedua dari vaksin menghasilkan jumlah antibodi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang sembuh.

Hanya saja, penelitian mencatat bahwa adaptasi sel B penting ditemukan pada kedua kelompok. Aspek kunci dari temuan ini adalah bahwa sekitar dua minggu setelah suntikan mRNA kedua, para peneliti mencatat 'respons imun adaptif' yang berkontribusi pada respons penarikan di masa depan terhadap virus pada individu yang divaksinasi penuh.

Studi ini menyatakan kedua vaksin mRNA menginduksi antibodi penetral yang kuat dan tahan lama minimal 10 hari dan bertahan selama tujuh bulan setelah dosis pertama vaksinasi. Data menunjukkan bahwa sementara menetralkan titer setelah dosis pertama sebanding dengan yang diamati pada individu pulih. Kemudian, tingkat menetralkan titer secara signifikan lebih tinggi daripada kedua kelompok setelah dosis vaksinasi kedua.

Pada akhirnya, penelitian ini menemukan bukti bahwa vaksin mRNA Covid-19 dari Pfizer dan Moderna mampu memicu respons imun adaptif terhadap SARS-CoV-2 yang mencakup respons penarikan kembali dalam kasus infeksi virus di masa depan. Respons penarikan adalah elemen kunci untuk mengurangi keparahan infeksi dari virus dan mencegah perkembangan Covid-19 sebagai hasilnya. Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini masih tahap awal dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement