Sabtu 13 Feb 2021 20:54 WIB

Warga Eropa Pilih-Pilih Vaksin Covid-19

Banyaknya pilihan vaksin Covid-19 membuat banyak warga Eropa pilih-pilih

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAW -- Banyak orang Eropa yang pilih-pilih untuk vaksin Covid-19 karena terdapat banyak pilihan. 

Saat suntikan AstraZeneca diluncurkan ke negara-negara Uni Eropa (UE) bulan ini. Keberadaannya bergabung dengan dosis Pfizer dan Moderna yang sudah tersedia. Kondisi itu justru membuat beberapa orang menolak tawaran vaksin yang mereka anggap bukan yang terbaik. 

Baca Juga

Seperti Polandia mulai memvaksinasi guru pada Jumat (12/2) dengan vaksin AstraZeneca. Beberapa merasa was-was tentang antrean untuk vaksin yang mereka yakini kurang efektif dibandingkan yang lain.

Direktur sekolah dasar dan menengah di distrik Wilanow selatan Warsawa, Ewelina Jankowska, mengatakan tidak ada seorang pun di sekolahnya yang antusias untuk mendapatkan suntikan AstraZeneca. Padahal mereka sangat ingin mendapatkan perlindungan terhadap virus yang telah merusak kehidupan mereka dan siswa sekolah.

“Saya masih takut akan penyakit ini lebih dari vaksin AstraZeneca,” kata Jankowska, yang terinfeksi Covid-19 pada November dan pemulihannya sangat lambat.

Sedangkan di Siprus, Menteri Kesehatan, Constantinos Ioannou, memperingatkan bahwa memilih satu di atas yang lain berisiko menunda inokulasi. Dia mengingat terbatasnya pengiriman vaksin Pfizer dan Moderna dalam beberapa minggu mendatang. 

"Ketiga vaksin mengurangi rawat inap dan kematian secara drastis," ujar Ioannou. 

Beberapa dokter Italia di sektor swasta menolak suntikan AstraZeneca, mengatakan mereka ingin suntikan Pfizer atau Moderna diberikan kepada petugas kesehatan masyarakat. “Untuk populasi berisiko, petugas kesehatan, mereka harus menggunakan strategi vaksinasi yang sama untuk semua orang dan tidak menimbulkan diskriminasi," kata ahli bedah plastik Roma yang membantu mengelola grup dokter swasta di Facebook, Dr. Paolo Mezzana. 

AstraZeneca, sebuah perusahaan Anglo-Swedia, mengembangkan vaksinnya dengan University of Oxford. Sementara regulator di lebih dari 50 negara, termasuk badan pengawas obat-obatan UE, telah mengizinkan penggunaannya secara luas. 

Beberapa negara Eropa telah merekomendasikan vaksin tersebut hanya untuk usia di bawah 65 tahun. Negara lain telah merekomendasikannya untuk berusia di bawah 55 tahun, karena uji coba AstraZeneca melibatkan sejumlah kecil orang lanjut usia.

CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, mengakui kritik tersebut. Hanya saja dia membela regulator telah meninjau data dan menganggap vaksin tersebut aman dan efektif. 

Soriot menyatakan, vaksin Covid-19 kekurangan pasokan dan suntikan AstraZeneca menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit parah. Kondisi itu merupakan tolok ukur terpenting dalam memerangi virus yang telah menewaskan lebih dari 2,3 juta orang di seluruh dunia.

“Apakah itu sempurna? Tidak, ini tidak sempurna, tapi bagus. Kami akan menyelamatkan ribuan nyawa dan itulah mengapa kami datang bekerja setiap hari," ujar kata Soriot. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement