Sabtu 23 Jan 2021 23:26 WIB

Warga Portugal Desak Penundaan Pilpres

Portugal dijadwalkan memilih presideb baru pada Ahad (24/1).

Rep: Dwina Agustin/ Red: Andri Saubani
Jalan-jalan kosong saat jam malam di Porto, Portugal, pada masa pembatasan sosial secara ketat mencegah laju penularan virus corona. (ilustrasi)
Foto: SILVA EPA-EFE / ESTELA
Jalan-jalan kosong saat jam malam di Porto, Portugal, pada masa pembatasan sosial secara ketat mencegah laju penularan virus corona. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Warga Portugal akan memilih presiden baru pada Ahad (24/1). Hanya saja penyelenggaraan ini tidak disambut meriah akibat penyebaran virus corona karena banyak warga yang mendesak penundaan.

Banyak warga yang takut pergi ke tempat pemungutan suara dapat memperburuk lonjakan kasus virus corona. Kondisi ini diperkirakan akan membuat jumlah pemilih yang rendah.

Baca Juga

Negara dengan 10 juta orang sekarang memiliki rata-rata kasus baru dan kematian per juta orang tertinggi di dunia selama tujuh hari. Menurut jajak pendapat oleh lembaga penelitian ISC / ISCTE pada pekan lalu, menyatakan hampir dua pertiga pemilih berpikir pemilihan harus ditunda.

“Tidak masalah menunggu satu bulan lagi. Waktu yang luar biasa membutuhkan tindakan yang luar biasa," kata penduduk Lisbon, Miguel Goncalves.

Lembaga survei memperkirakan angka golput tertinggi, bahkan ketika tim sukarela yang mengenakan alat pelindung mengumpulkan surat suara di depan pintu sekitar 13 ribu pemilih yang dikarantina. Sekitar 250 ribu orang mendaftar untuk pemungutan suara lebih awal untuk menghindari keramaian.

Menunda pemungutan suara akan membutuhkan perubahan konstitusi negara. Menurut para pejabat tidak mungkin dilakukan dalam waktu sesingkat itu, tetapi ada kritik luas terhadap keputusan untuk melanjutkan pemungutan suara untuk presiden yang sebagian besar seremonial.

“Mereka seharusnya menyebarkan penghitungan selama beberapa hari. Salah jika berpikir bahwa satu-satunya pilihan adalah menunda atau mempertahankan apa adanya, " kata ilmuwan politik Joao Cancela dari IPRE-NOVA University.

Pemungutan suara adalah satu-satunya alasan orang diizinkan meninggalkan rumah untuk apa pun selain pekerjaan atau perjalanan penting di bawah aturan penguncian nasional saat ini. "Kami sekarang menghadapi risiko bermata dua, jumlah golput yang tinggi, dan fakta bahwa mereka yang keluar akan berada di luar rumah mereka," kata pemimpin oposisi, Rui Rio.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa petahana, Presiden Marcelo Rebelo de Sousa dari Partai Sosial Demokrat kanan-tengah, kemungkinan besar akan dengan mudah memenangkan pemilihan ulang. Sedangkan kandidat sayap kiri Ana Gomes diperkirakan berada di urutan kedua dengan 13,5-14,5 persen dan pemimpin partai kanan Chega Andre Ventura berada di belakang dengan 10-12,5 persen.  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement