Kamis 22 Oct 2020 06:53 WIB

Rusia Harap Perjanjian Senjata dengan AS Temui Kata Sepakat

Rusia berharap isu dalam perjanjian New START dengan AS menemui kata sepakat

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Polisi Rusia yang mengenakan topeng pelindung berbaris di depan rudal nuklir strategis Rusia RS-24 Yars yang bergerak di sepanjang jalan sebelum latihan malam parade militer Victory di Lapangan Merah, di Moskow, Rusia, 17 Juni 2020. Militer parade yang menandai peringatan 75 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II akan berlangsung di Lapangan Merah pada 24 Juni 2020.
Foto: EPA-EFE/SERGEI ILNITSKY
Polisi Rusia yang mengenakan topeng pelindung berbaris di depan rudal nuklir strategis Rusia RS-24 Yars yang bergerak di sepanjang jalan sebelum latihan malam parade militer Victory di Lapangan Merah, di Moskow, Rusia, 17 Juni 2020. Militer parade yang menandai peringatan 75 tahun kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II akan berlangsung di Lapangan Merah pada 24 Juni 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin mengatakan Rusia berharap dapat mengatasi perbedaan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai perpanjangan perjanjian pelucutan senjata nuklir. Hal ini disampaikan saat perbedaan antara keduanya semakin menyempit.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan upaya untuk memperpanjang perjanjian New START (Strategic Arms Reduction Treaty) berlanjut ke hingga ke tahap pakar. Masa berlaku perjanjian yang disepakati 2010 itu akan habis pada Februari 2021.

Baca Juga

"Kami berharap perbedaan mengenai isu ini dapat diatasi melalui dialog," kata Peskov pada wartawan, Rabu (21/10).

Hal ini Peskov sampaikan satu hari setelah AS menyambut proposal Moskow untuk memperpanjang New Start selama satu tahun. Perpanjangan dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat membekukan semua simpanan hulu ledakan mereka selama periode tersebut.

New Start merupakan pakta yang membatasi jumlah hulu ledak, rudal, dan bom nuklir yang dapat dikerahkan AS dan Rusia. Jika perjanjian ini gagal diperpanjang maka semua batasan tersebut akan hilang.

Hal itu dapat memicu bangkitnya perlombaan senjata nuklir seperti yang pernah terjadi masa Perang Dingin serta menjadi bahan bakar ketegangan antara dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Walaupun kedua belah pihak cukup optimistis, tetapi pakar pelucutan senjata mengatakan sulit bagi AS dan Rusia menegosiasikan prosedur verifikasi sebelum pemilihan presiden AS yang akan berlangsung kurang dari dua pekan lagi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement