Selasa 19 May 2020 17:37 WIB

Klaim Tunjangan Pengangguran di Inggris Melonjak Drastis

Klaim tunjangan pengangguran di Inggris naik hingga 69 persen pada April 2020.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Inggris Senin (11/5).
Foto: AP / Kirsty Wigglesworth
Pejalan kaki menyeberang jalan di Jembatan Southwark selama jam sibuk pagi hari di London, Inggris Senin (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Klaim Inggris untuk tunjangan pengangguran melonjak drastis ke level rekor tertingginya pada April. Hal itu disebabkan karena kebijakan pembatasan di seluruh negeri yang meluluhkan ekonomi negara.

Dari data yang dilansir dari Financial Times, jumlah penuntut klaim pengangguran melonjak 856.481 atau 69 persen pada April, dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris mencatat peningkatan itu paling tajam di barat daya dan tenggara Inggris.

Baca Juga

Data sementara yang terpisah menunjukkan bahwa jumlah karyawan yang dibayar di Inggris turun tajam pada bulan April. Hal tersebut memberikan indikasi awal skala kehilangan pekerjaan langsung akibat dari pembatasan pandemi Covid-19 di seluruh negeri.

ONS mengatakan jumlah orang yang dibayar oleh pengusaha melalui skema Pay As You Earn turun 1,6 persen antara Maret dan April. Sementara 1,2 persen tahun-ke-tahun (yoy), setelah lima tahun pertumbuhan stabil. Gaji rata-rata juga turun, turun 0,9 persen yoy.

Angka-angka tersebut adalah perkiraan awal berdasarkan data real time yang dikumpulkan oleh HM Revenue and Customs, dan diterbitkan oleh ONS berdasarkan percobaan. Perkiraan awal menunjukkan jumlah jam kerja di Inggris turun dalam dua minggu terakhir setelah pembatasan dilakukan. Jumlah waktu yang dihabiskan bekerja turun menjadi sekitar 25 persen di bawah level normal.

"Ini adalah penurunan yang sangat besar dan bukti bahwa pemilik usaha menempatkan staf cuti dan atau memotong jam dari mereka yang masih bekerja," ujar wakil ahli statistik di ONS, Jonathan Athow seperti dikutip Guardian, Selasa (19/5).

Dia mengatakan sektor dengan penurunan terbesar dalam jam kerja adalah hotel, restoran, dan konstruksi, yang mengalami penurunan terbesar dalam kegiatan ekonomi. Jam pelayanan kesehatan secara umum tidak berubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement