Kamis 01 Dec 2022 09:45 WIB

Moskow: Rusia dan China Gelar Patroli Gabungan di Laut China Timur

Rusia dan China gelar patroli gabungan di Laut Jepang dan Laut China Timur.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat tempur strategis Rusia dan China termasuk pesawat bomber jarak jauh Tupolev-95 yang dikenal Bear menggelar patroli gabungan di Laut Jepang dan Laut China Timur.
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat tempur strategis Rusia dan China termasuk pesawat bomber jarak jauh Tupolev-95 yang dikenal Bear menggelar patroli gabungan di Laut Jepang dan Laut China Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat tempur strategis Rusia dan China termasuk pesawat bomber jarak jauh Tupolev-95 yang dikenal Bear menggelar patroli gabungan di Laut Jepang dan Laut China Timur.

Sebelumnya militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan mereka mengusir pesawat-pesawat tempur tersebut. Pasalnya pesawat tempur China dan Rusia masuk ke zona pertahanan udara Korsel.

"Di tahapan tertentu rute tersebut, pesawat strategis rudal ditemani pesawat tempur negara asing," kata Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu (30/11/2022).

"Kelompok udara yang terdiri dari pesawat tempur strategis pembawa rudal Tu-95MC Angkatan Udara Rusia dan pesawat bomber strategis XIAN H-6K Angkatan Udara PLA (Angkatan Bersenjata China) menggelar patroli udara di atas perairan Jepang dan Laut China Timur," tambah Kementerian.

Mereka mengatakan pesawat Rusia dan China "mematuhi dengan ketat ketentuan hukum internasional" dan tidak ada wilayah udara negara asin yang dilanggar.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ini pertama kalinya pesawat militer Rusia dan China mendarat di pangkalan udara satu sama lain dalam patroli gabungan.

Tupolev Tu-95 yang Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara sebut sebagai Bear bersama Tu-160 merupakan tulang punggung pasukan serangan nuklir udara jarak jauh Rusia. Pesawat itu dirancang untuk menjatuhkan bom nuklir selama Perang Dingin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement