Selasa 29 Nov 2022 07:16 WIB

Presiden Korsel: China Mampu Pengaruhi Tindakan Korut

Korsel minta China menghalangi Korut untuk kembangkan senjata nuklir dan rudal

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan, China memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tindakan Korea Utara. Dia menyerukan agar Beijing menghalangi Pyongyang mengejar pengembangan senjata nuklir dan rudal.

Dalam wawancara dengan Reuters pada Senin (28/11/2022), Yoon mendesak China yang merupakan sekutu terdekat Korea Utara, untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Peran China ini dapat mencegah masuknya aset militer ke wilayah Korea Utara.

"China memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Korea Utara, dan China memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam proses tersebut," kata Yoon.

Yoon mengatakan, tergantung kepada Beijing untuk memutuskan apakah akan menggunakan pengaruh itu untuk perdamaian dan stabilitas. Yoon mengatakan, tindakan Korea Utara mengarah pada peningkatan uji coba alat pertahanan di sekitar kawasan, termasuk Jepang

"China punya kepentingan untuk melakukan upaya terbaik dalam membujuk Korea Utara melakukan denuklirisasi," kata Yoon.

Sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan, dia bertekad untuk memiliki kekuatan nuklir paling kuat di dunia.  Pejabat Korea Selatan dan AS memperkirakan, Pyongyang sedang bersiap untuk melanjutkan uji coba bom nuklir pertama kalinya sejak 2017.

Ketika ditanya apa yang akan dilakukan Korea Selatan dan mitranya jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir Yoon berpendapat bahwa, sangat tidak bijaksana bagi Korea Utara untuk melakukan uji coba nuklir.  "Kita harus menanggapi secara konsisten, dan sejalan satu sama lain," kata Yoon.

Yoon juga menyoroti kurangnya konsistensi tanggapan internasional atas kegagalan kebijakan Korea Utara selama tiga dekade. China mendukung Korea Utara dalam Perang Korea 1950-53. Sejak itu, China mendukung Korea Utara secara ekonomi dan diplomatik.

Para analis mengatakan, Beijing mungkin memiliki kekuatan terbatas, dan sedikit keinginan untuk mengekang Pyongyang. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, China dan Rusia menyerukan agar sanksi terhadap Korea Utara dilonggarkan. Keduanya juga mencegah upaya AS untuk menjatuhkan sanksi baru.

Uji coba rudal Korea Utara membayangi beberapa pertemuan para pemimpin internasional bulan ini, termasuk konferensi Kelompok 20 (G20) di Bali, Indonesia. Dalam konferensi tersebut, Yoon menekan Presiden China Xi Jinping untuk berbuat lebih banyak dalam mengendalikan provokasi nuklir dan rudal Korea Utara. Sementara Xi mendesak Seoul untuk meningkatkan hubungan dengan Pyongyang.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Xi bahwa, Beijing memiliki kewajiban untuk mencoba berbicara dengan Korea Utara agar tidak melakukan uji coba nuklir ketujuh. Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan, pengembangan senjata Korea Utara yang berkelanjutan akan mengarah pada peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut. Korea Selatan dan Amerika Serikat telah setuju untuk mengerahkan lebih banyak "aset strategis" AS seperti kapal induk dan pembom jarak jauh ke daerah itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement