Kamis 11 Aug 2022 00:35 WIB

Korsel dan China Sepakat THAAD tak Jadi Hambatan Hubungan

Sistem pertahanan rudal THAAD buatan AS ditempatkan di Korsel

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Militer Amerika Serikat (AS) mulai memindahkan sebagian sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang kontroversial ke lokasi penempatannya di Korea Selatan, Rabu (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Menteri Luar Negeri (Menlu) Korea Selatan (Korsel) Park Jin dan Menlu China Wang Yi sepakat bahwa perselisihan soal sistem pertahanan rudal buatan Amerika seharusnya tak menghambat hubungan Seoul-Beijing. Keduanya secara jelas menyatakan posisi mereka soal sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Amerika Serikat (AS) yang ditempatkan di Korsel.

"Selama pembicaraan, baik Park dan Wang dengan jelas menyatakan posisi mereka di THAAD, dan pada saat yang sama, mereka berbagi pandangan yang sama bahwa masalah tersebut tidak boleh menjadi hambatan bagi perkembangan hubungan Korea Selatan-China, ke depannya," kata seorang pejabat Korsel yang meminta namanya tak disebutkan, dikutip laman Yonhap News Agency, Rabu (10/8/2022).

Dalam perjalanan pertamanya ke China sejak menjabat pada Mei, Park Jin mengadakan pertemuan dengan Wang Yi di kota pelabuhan timur Qingdao. Kunjungan ini secara luas dipandang penting dalam mengatur jalannya hubungan Seoul-Beijing di bawah pemerintahan konservatif Yoon Suk-yeol.

China sempat khawatir pemerintah Yoon yang konservatif akan memperluas penyebaran THAAD di Korsel dalam upaya untuk melawan ancaman rudal yang berkembang dari Korea Utara. Selain itu, para menteri juga berdiskusi tentang masalah rantai pasokan.

Park mengatakan kepada Wang tentang keputusan Seoul mengambil bagian dalam pertemuan pendahuluan aliansi semikonduktor yang dipimpin Washington, yang disebut Chip 4, yang melibatkan Jepang dan Taiwan. Park menjelaskan bahwa keputusan tersebut dibuat murni dengan mempertimbangkan kepentingan nasional dan tidak dimaksudkan untuk mengecualikan atau menargetkan negara tertentu.

Berbicara pada awal pembicaraan, Wang menekankan perlunya kedua belah pihak untuk mempertahankan kemerdekaan dan kemandirian tanpa terpengaruh oleh hambatan eksternal. Dia menambahkan, baik China dan Korsel harus melindungi rantai pasokan yang stabil dalam pendekatan win-win dan tidak boleh mengganggu urusan dalam negeri masing-masing, sambil menjaga multilateralisme.

Pernyataannya muncul ketika keretakan antara Washington dan Beijing semakin dalam terkait perjalanan Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Sebagai tanggapan, Park menekankan Korsel dan China sebagai mitra kerja sama strategis perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan baru melalui manajemen rantai pasokan yang stabil.

Menyoal keamanan regional, ia mengatakan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dihadapkan dengan ancaman serius yang belum pernah terjadi sebelumnya dan meminta peran konstruktif Beijing dalam membujuk Pyongyang untuk memilih dialog daripada provokasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement