Senin 08 Aug 2022 20:40 WIB

Menlu Retno ke Myanmar: Kami tak Butuh Kata-Kata!

RI serukan junta militer Myanmar mengimplementasikan Konsensus 5 Poin

Menlu Retno
Foto: AP/VOA
Menlu Retno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerukan agar junta Myanmar mengimplementasikan Konsensus lima Poin yang telah disepakati untuk membantu mengakhiri krisis di negara tersebut. Seruan tersebut disampaikan Retno dalam pidatonya pada peringatan hari jadi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang ke-55 di Jakarta, Senin.

"Pada hari jadi ini, marilah kita kembali menyerukan agar junta militer Myanmar mengimplementasikan Konsensus lima Poin secara penuh," ujar Retno.

Baca Juga

Dalam kesempatan itu, Retno juga mengatakan bahwa ASEAN memiliki peran yang begitu penting di kawasan, terutama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas. Meski demikian, hari jadi ASEAN yang ke-55 ini datang saat ketegangan tengah meningkat di dunia dan rivalitas negara-negara besar terus menjadi disrupsi bagi stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

"Secara internal, ASEAN juga tengah menghadapi tantangan, untuk menemukan sebuah solusi sebagai keluarga dan menangani krisis di Myanmar," kata Menlu.

Ia menyayangkan tak adanya kemajuan yang signifikan dari pihak junta militer Myanmar, terkait implementasi Konsensus 5 Poin. "Kami tak membutuhkan kata-kata, namun saat ini kami membutuhkan tindakan untuk mengimplementasikan Konsensus 5 Poin," ujarnya.

Ia pun menyebut bahwa ASEAN harus dapat memenuhi harapan masyarakatnya untuk kehidupan yang damai, stabil, dan sejahtera. Konsensus Lima Poin telah disepakati oleh para pemimpin ASEAN, termasuk perwakilan Myanmar, dalam pertemuan di Jakarta pada April tahun lalu.

Konsensus tersebut menyerukan penghentian segera kekerasan dan semua pihak melakukan pengendalian sepenuhnya; dialog konstruktif di antara semua pihak; mediasi pembicaraan oleh utusan khusus ketua ASEAN; ketentuan bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh ASEAN; serta kunjungan ke Myanmar oleh delegasi ASEAN yang dipimpin oleh utusan khusus, untuk bertemu dengan semua pihak yang berkonflik. 

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement