Rabu 19 Jan 2022 11:32 WIB

China, Rusia, dan Iran akan Gelar Latihan Militer Gabungan, Sinyal untuk AS?

Latihan picu spekulasi Beijing bentuk kelompok autokrasi bersama Teheran dan Moskow.

Latihan militer China (Ilustrasi).
Foto: EPA
Latihan militer China (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China, Rusia, dan Iran akan menggelar latihan militer gabungan.  Demikian laporan media China, Rabu (19/1/2022).

Menurut laporan Global Times yang dipantau Antara Beijing,ini bukan kali pertama ketiga negara tersebut menggelar latihan gabungan sejenis. Angkatan Laut China bersama Rusia dan Iran pada 2019 pernah melakukan latihan bersama selama empat hari di Teluk Oman.

Baca Juga

Latihan dua tahun lalu itu untuk meningkatkan kerja sama armada laut ketiga negara. Namun media China tidak menyebutkan lokasi program latihan gabungan yang akan digelar.

Pengamat militer China melihat latihan itu sebagai iktikad baik dan menunjukkan kemampuan militer China dalam menjaga perdamaian dunia dan keamanan maritim. Latihan tersebut memunculkan spekulasi bahwa Beijing sedang berencana membentuk kelompok autokrasi bersama Teheran dan Moskow.

"Kerja sama antara China, Rusia dan Iran berdasarkan kemitraan yang saling menguntungkan daripada membentuk aliansi dan terlibat dalam konfrontasi," demikian media China melaporkan.Iran mampu menyediakan minyak yang sangat dibutuhkan oleh China.

Senjata China

Amerika Serikat (AS) sebetulnya mulai khawatir dengan kemampuan militer China yang semakin pesat. Sejauh ini Beijing dilaporkan telah melakukan uji coba rudal hipersonik, termasuk perluasan persenjataan nuklir, kemajuan di ruang angkasa dan dunia maya serta ancaman ke Taiwan.

“Kami menyaksikan salah satu perubahan terbesar dalam kekuatan geo-strategis global yang telah disaksikan dunia. Mereka jelas menantang kami secara regional dan aspirasi mereka adalah untuk menantang Amerika Serikat secara global,” kata Komandan Kepala Staf Gabungan Mark Milley, dilansir The Hill, Selasa (9/11/2021).

Pergeseran kemampuan militer China dalam keseimbangan kekuatan global, telah membuat para pejabat dan anggota parlemen AS khawatir. Selama beberapa dekade, AS telah memegang posisi sebagai kekuatan ekonomi dan militer terkemuka di dunia.

Pergeseran kekuatan tersebut, dapat merusak aliansi di kawasan Indo-Pasifik. Terlebih, pada saat militer AS dan China semakin terlibat pertikaian di Laut China Selatan.

Contoh kecepatan pergerakan Beijing adalah uji coba senjata hipersonik pada Agustus lalu yang mengorbit ke sebagian wilayah Bumi, kemudian masuk kembali ke atmosfer dan meroket menuju sasarannya, yang meleset kurang dari 30 mil. China telah menyatakan bahwa, mereka melakukan uji coba pesawat ruang angkasa, dan bukan rudal.

Baca juga : Ukraina: Rusia Cari Alasan Tingkatkan Ketegangan

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement