Sabtu 19 Jun 2021 19:25 WIB

Hacker Korut Retas Sistem Penelitian Nuklir Korea Selatan

Korea Selatan melakukan penyelidikan peretasan nuklir oleh grup peretas Korut

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Korea Selatan melakukan penyelidikan peretasan nuklir oleh grup peretas Korut. Hacker (ilustrasi)
Foto: pixabay
Korea Selatan melakukan penyelidikan peretasan nuklir oleh grup peretas Korut. Hacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL— Sebuah kelompok hacker Korea Utara diduga masuk ke pusat penelitian nuklir Korea Selatan bulan lalu. Upaya ini menandai babak terbaru dari serangkaian serangan siber.  

Institut Penelitian Energi Atom Korea (KAERI) melihat akses pengguna tak dikenal, menembus sistem VPN pada 14 Mei, menurut Ha Tae-keung, anggota Komite Intelijen Parlemen.   

Baca Juga

Lembaga think tank tersebut memblokir alamat IP penyerang dan meningkatkan keamanan sistemnya sebagai tindakan balasan ketika ditemukan pada 31 Mei. Pihak berwenang masih menyelidiki skala peretasan, menurut KAERI. 

Perusahaan keamanan siber yang berbasis di Seoul, IssueMakersLab, menjalankan analisa pada alamat IP penyerang pada hari Kamis (17/6) dan menemukan bahwa salah satu dari tiga alamat ditelusuri kembali ke kelompok peretas terkenal Kimsuky, yang dikenal karena afiliasinya dengan agen mata-mata Biro Umum Pengintaian Korea Utara.  

Analisis mengidentifikasi bahwa itu adalah alamat yang sama yang menargetkan pengembang vaksin Covid-19 di Korea Selatan tahun lalu. 

"Kimsuky adalah kelompok peretasan yang diidentifikasi pada 2011. Kami telah mengamati upaya peretasan mereka yang konsisten terhadap lembaga terkait pemerintah Korea Selatan dan beberapa perusahaan," Simon Choi, kepala IssueMakersLab, di ABC News, Sabtu (19/6).

Analis di Korea Selatan dengan hati-hati berspekulasi bahwa peretasan itu mungkin ada hubungannya dengan visi pemimpin Korea Utara untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.   

Sebelumnya, pada 2014, Kimsuky berhasil melakukan serangan hacking terhadap Korea Hydro & Nuclear Power Co. Ltd Korea Selatan. 

"Masuk akal menduga Korea Utara mungkin terlibat dalam meretas think tank nuklir, mengingat situasi di negara itu yang kekurangan tenaga listrik dan minat yang kuat pada kemandirian energi," Park Jiyoung, seorang ahli fisika nuklir di Asan Institute Seoul.

Pakar pertahanan siber Lim Jong-in di Sekolah Pascasarjana Teknologi Informasi Korea Selatan juga melihat cukup alasan bagi Korea Utara untuk diam-diam menjangkau data pembangkit listrik tenaga nuklir yang dikumpulkan  think tank Korea Selatan.

"Korea Utara mungkin memiliki berbagai data dan teknologi dalam mengembangkan senjata nuklir, tetapi sangat lemah dalam pembangkit listrik energi," kata Lim.  

Menurut Lim, KAERI memiliki data reaktor modular kecil serta pembangkit listrik tenaga nuklir lainnya yang akan sangat diminati oleh Korea Utara yang kekurangan energi. 

KAERI adalah lembaga penelitian nasional yang memainkan peran penting dalam membangun pembangkit listrik tenaga nuklir Korea Selatan sendiri, mentransfer teknologi nuklir ke industri lokal untuk aplikasi praktis. 

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menyebutkan rencana negaranya untuk mengembangkan kemampuan pembangkit listrik tenaga nuklir dalam pidatonya pada 2019.  

Intelijen internasional telah memantau pengembangan senjata nuklir negara itu, ternyata menggunakan plutonium dari bahan bakar reaktor bekas.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement