Ahad 07 Mar 2021 15:18 WIB

Aparat Myanmar Diduga Ingin Tutupi Fakta Tewasnya Kyal Sin

Kyal Sin tewas saat berunjuk rasa di Mandalay dengan luka bekas tembak di kepala.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Andri Saubani
 Angel seorang pengunjuk rasa berusia 19 tahun, juga dikenal sebagai Kyal Sin, berbaring di tanah sebelum dia ditembak di kepala ketika pasukan Myanmar melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021.
Foto: REUTERS/Stringer
Angel seorang pengunjuk rasa berusia 19 tahun, juga dikenal sebagai Kyal Sin, berbaring di tanah sebelum dia ditembak di kepala ketika pasukan Myanmar melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MANDALAY -- Pihak berwenang Myanmar pada Sabtu (6/3) mengatakan, bahwa pihaknya telah menggali jasad Kyal Sin (19 tahun) yang menjadi ikon gerakan protes setelah ditembak mati polisi di Mandalay. Kyal Sin mengenakan kaus bertuliskan 'Semuanya akan baik-baik saja' ketika polisi menembak Kyal Sin di bagian kepala hingga tewas.

TV pemerintah MRTV mengatakan, penyelidikan bedah menunjukkan dia tidak mungkin dibunuh oleh polisi karena proyektil yang salah ditemukan di kepalanya. Penyelidikan mengeklaim, Kyal Sin ditembak dari belakang, sedangkan polisi ada di depan.

Baca Juga

Foto-foto pada Rabu (3/3), ketika Kyal ditembak, menunjukkan kepalanya berpaling dari pasukan keamanan beberapa saat sebelum dia terbunuh. Para penentang kudeta menuduh pihak berwenang berusaha menutupi.

Tewasnya Kyal Sin beserta pendemo lain Rabu memicu kemarahan di Barat dan telah dikecam oleh sebagian besar negara demokrasi di Asia. Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Barat lainnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada junta. Sementara itu Cina mengatakan prioritasnya haruslah stabilitas dan negara lain tidak boleh ikut campur.

Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan penghormatan pada pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dituding curang oleh junta. Tentara mengatakan akan mengadakan pemilihan demokratis pada tanggal yang tidak ditentukan.

Pelobi Israel-Kanada Ari Ben-Menashe, yang dipekerjakan oleh junta Myanmar, mengatakan kepada Reuters bahwa para jenderal ingin meninggalkan politik dan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan AS dan menjauhkan diri dari China.

Ia mengatakan, Suu Kyi telah tumbuh terlalu dekat dengan China untuk disukai para jenderal. Ben-Menashe mengatakan dia juga telah ditugaskan untuk mencari dukungan Arab untuk rencana pemulangan pengungsi Rohingya, ratusan ribu di antaranya diusir dari Myanmar pada 2017 dalam tindakan keras militer setelah serangan pemberontak.

Pemimpin Junta dan panglima militer Min Aung Hlaing telah berada di bawah sanksi Barat bahkan sebelum kudeta atas perannya dalam operasi tersebut, yang menurut penyelidik PBB dilakukan dengan niat genosida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement