Selasa 02 Mar 2021 03:15 WIB

Turki Kecam Penggunaan Kekerasan Terhadap Sipil di Myanmar

Turki meminta militer Myanmar menghentikan cara-cara penggunaan kekerasan.

 Pengunjuk rasa anti-kudeta melarikan diri dari gas air mata yang diluncurkan oleh pasukan keamanan di Yangon, Myanmar, Senin, 1 Maret 2021. Massa yang menentang kembali ke jalan-jalan kota terbesar Myanmar pada hari Senin, bertekad untuk melanjutkan protes mereka terhadap perebutan kekuasaan oleh militer. bulan lalu, meskipun pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 18 orang di seluruh negeri hanya sehari sebelumnya.
Foto: AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta melarikan diri dari gas air mata yang diluncurkan oleh pasukan keamanan di Yangon, Myanmar, Senin, 1 Maret 2021. Massa yang menentang kembali ke jalan-jalan kota terbesar Myanmar pada hari Senin, bertekad untuk melanjutkan protes mereka terhadap perebutan kekuasaan oleh militer. bulan lalu, meskipun pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 18 orang di seluruh negeri hanya sehari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengecam penggunaan kekuatan yang tidak proporsional oleh junta militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa damai. Penggunaan kekuatan tersebut menyebabkan hilangnya banyak nyawa warga sipil.

"Kami mengamati dengan keprihatinan mendalam bahwa stabilitas di Myanmar memburuk setelah kudeta pada 1 Februari 2021," kata Kementerian Luar Negeri dalam siaran pers, Ahad.

Baca Juga

"Kami menyerukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemulihan demokrasi tanpa penundaan untuk pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di negara dan penghentian kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai dengan segera," tambah kementerian.

Sebelumnya, Kantor Hak Asasi Manusia PBB juga mengutuk peningkatan kekerasan terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar dan mengatakan pihaknya memiliki informasi yang dapat dipercaya bahwa penggunaan kekuatan di negara itu menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 lainnya terluka.

Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/turki-kecam-penggunaan-kekerasan-terhadap-sipil-di-myanmar/2160206

Menurut saksi mata dan media lokal, demonstran anti-kudeta diadang dengan gas air mata, peluru karet dan granat kejut saat polisi dan tentara mengintensifkan tindakan keras terhadap kampanye melawan kudeta militer.

Myanmar telah menyaksikan aksi protes besar-besaran sejak militer mengumumkan keadaan darurat pada 1 Februari setelah menahan Aung San Suu Kyi dan anggota senior Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa saat itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement