Sabtu 04 Jul 2020 08:25 WIB

Ribuan Warga di Melbourne Ogah Dites Virus Corona

Sebagian warga Melbourne percaya cirus corona adalah konspirasi.

Seorang perawat memeriksa kondisi pasien corona . ilustrasi
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
Seorang perawat memeriksa kondisi pasien corona . ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Victoria, Jenny Mikakos mengatakan lebih dari 10 ribu orang Melbourne yang tinggal di wilayah hostspot corona menolak dites. Sebagian di antaranya karena percaya virus corona adalah sebuah konspirasi.

Seiring dengan peningkatan jumlah kasus di beberapa wilayah di Melbourne, ratusan petugas telah dikerahkan untuk mengetuk pintu rumah warga di kawasan penyebaran baru virus corona. Mereka mendorong warga menjalani tes yang sedang dilakukan besar-besaran oleh pemerintah.

Baca Juga

Jenny mengatakan sebanyak 164.000 orang telah dites di seluruh Victoria. Ini melebihi target pemerintah, dan para petugas sudah mendatangi 95.000 rumah.

Namun, menurutnya ada 10.000 orang lebih yang menolak untuk dites dengan alasan yang bermacam-macam, termasuk alasan bahwa mereka sudah menjalani tes 'swab'.

"Ini mengkhawatirkan menurut laporan yang saya terima, beberapa orang percaya kalau virus corona adalah sebuah konspirasi atau merasa corona tidak berdampak untuk mereka," katanya.

Negara bagian Victoria dengan ibukota Melbourne kini mencatat 442 kasus aktif, termasuk enam orang di ruang perawatan intensif.

Pemimpin Victoria, Premier Daniel Andrews mengatakan meskipun angka kasus baru COVID-19 termasuk tinggi, angka cukup melegakan. Sebab, angka tersebut cenderung stabil daripada terus berlipat ganda.

Ia juga sudah mengumumkan dana tambahan sebesar 2 juta dolar Australia untuk dana kesehatan mental bagi warga yang tinggal di kawasan hotspot.

Superpsreader

Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria, Jenny Mikakos mengatakan, seorang 'super spreader' kemungkinan besar menjadi penyebab meningkatnya penularan baru virus corona baru di sebelah utara dan barat kota Melbourne. Istilah 'super spreader' merujuk pada orang yang dapat menularkan virus corona kepada banyak orang dalam waktu singkat dan biasanya memiliki kekebalan tubuh tinggi.

Jumat (3/7) adalah hari ke-17 hari dimana Victoria, dengan ibukota Melbourne, mencatat dua digit angka kenaikan kasus secara berturut-turut. Dalam 24 jam terakhir tercatat ada 66 orang yang tertular virus corona.

Dari jumlah tersebut 17 kasus terkait dengan klaster yang sudah diketahui. Satu kasus terdeteksi di karantina hotel. Sebanyak 20 kasus terdiagnosa melalui pengetesan rutin, dan 28 kasus lainnya masih diselidiki.

Wakil kepala tim medis Annaliese van Diemen mengatakan, konsep 'super spreader' adalah salah satu dari beberapa teori yang sedang diselidiki oleh otoritas kesehatan saat ini.

Premier Daniel Andrews mengatakan langkah pengurutan genom menunjukkan beberapa kasus penularan baru memiliki kaitan dengan petugas keamanan di hotel tempat karantina. Diduga orang tersebut telah melanggar protokol kesehatan.

Pemerintah sendiri juga tengah menjadi sorotan bagaimana mereka memberlakukan sistem karantina hotel, setelah lebih dari 50 kasus baru virus corona berasal dari tempat karantina.

Sebuah laporan yang belum terkonfirmasi menyebutkan petugas keamanan hotel yang tidur dengan tamu karantina dan membiarkan mereka meninggalkan kamar mereka.

Penyelidikan yudisial senilai 3 juta dolar Australia akan menginvestigasi bagaimana virus tersebut dapat menyebar dari hotel ke masyarakat.

 

sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2020-07-03/ribuan-warga-melbourne-menolak-dites-virus-corona/12420888

sumber : ABC.net
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement