Sabtu 28 May 2022 06:42 WIB

AS Umumkan Sanksi Terbaru Terhadap Korut

Sanksi ini ditunjukkan untuk meningkatkan tekanan pada Korut atas peluncuran rudal.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan tentang peluncuran rudal Korea Utara dengan rekaman file, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 25 Mei 2022. Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi pada dua bank Rusia, perusahaan Korea Utara (Korut) dan seseorang yang diduga mendukung program senjata pemusnah massal Korut.
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Orang-orang menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan tentang peluncuran rudal Korea Utara dengan rekaman file, di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 25 Mei 2022. Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi pada dua bank Rusia, perusahaan Korea Utara (Korut) dan seseorang yang diduga mendukung program senjata pemusnah massal Korut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi pada dua bank Rusia, perusahaan Korea Utara (Korut) dan seseorang yang diduga mendukung program senjata pemusnah massal Korut. Sanksi ini ditunjukkan untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang atas peluncuran rudal mereka yang terbaru.

Pengumuman Jumat (27/5/2022) ini disampaikan satu hari setelah China dan Rusia memveto sanksi yang diajukan AS di PBB. Veto tersebut memecah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya mengenai sanksi Korut sejak 2006.

Baca Juga

Veto dilakukan meski AS mengatakan Korut menembakan enam rudal jarak jauh antar-benua (ICBM) pada tahun ini. Washington juga menemukan tanda-tanda Pyongyang sedang mempersiapkan uji coba nuklir pertama mereka sejak 2017.

Departemen Keuangan AS mengatakan sanksi terbaru mereka mengincar Air Koryo Trading Corp serta dua institusi Rusia yakni Eastern Bank dan Bank Sputnik. Sebab dua bank itu berkontribusi membeli dan mendapatkan pendapatan dari organisasi Korea Utara.

Washington juga memberlakukan sanksi pada perwakilan organisasi Akademi Ilmu Alam Kedua Korea Utara (SANS) yang bermarkas di Belarusia, Jong Yong Nam. AS menuduhnya mendukung organisasi Korut yang berhubungan dalam pengembangan rudal balistik.

Misi Korut di PBB di New York belum menanggapi permintaan komentar.

"Amerika Serikat akan melanjutkan implementasi dan menegakkan sanksi-sanksi yang sudah ada sambil mendesak DPRK (Korut) kembali ke jalur diplomatik dan meninggalkan upaya membangun senjata pemusnah massal dan rudal balistik," kata Asisten Menteri Keuangan bidang Terorisme dan Intelijen Finansial, Brian Nelson dalam pernyataannya.  

Cina mendesak AS untuk mengambil tindakan termasuk mencabut sejumlah sanksi unilateral untuk membujuk Pyongyang agar kembali ke perundingan yang buntu sejak 2019. Setelah tiga pertemuan antara mantan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un mengalami kegagalan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement