Senin 08 Mar 2021 18:50 WIB

AS-Korsel Sepakati Pembagian Biaya Kerja Sama Militer

Kerja sama militer ini sebagai benteng melawan ancaman Korut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan marinir AS saat beraksi di Korsel.
Foto: USMC
Pasukan marinir AS saat beraksi di Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) mencapai kesepakatan baru untuk membagi biaya penempatan pasukan AS di Negeri Ginseng itu. Penempatan pasukan dimaksudkan sebagai benteng melawan ancaman agresi Korea Utara (Korut).

Biro Urusan Politik Militer Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Ahad (7/3) bahwa kesepakatan itu mencakup peningkatan biaya yang dinegosiasikan dan dibebankan kepada Seoul.

Baca Juga

Biro Urusan Politik Militer Departemen Luar Negeri AS tidak menjelaskan secara rinci porsi pembagian biaya tersebut. Biro itu menegaskan kembali aliansi perjanjian AS-Korsel sebagai kunci utama perdamaian, keamanan, dan kemakmuran untuk Asia Timur Laut.

Kementerian Luar Negeri Korsel pada Senin (8/3) mengatakan, AS dan Korsel akan segera menandatangani kesepakatan pembagian biaya tersebut. Kesepakatan itu muncul setelah pembicaraan tatap muka di Washington selama tiga hari.

Amerika Serikat menempatkan sekitar 28 ribu personel pasukannya di Korsel untuk membantu mencegah potensi agresi dari Korut. Di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, AS kerap meminta sekutunya di Asia untuk meningkatkan bagian pembiayaan kerja sama militer secara drastis. Beban biaya yang dikeluarkan oleh Korsel untuk kehadiran militer Amerika merupakan masalah pelik dalam hubungan diplomatik kedua negara.

Pada 2019 Korsel harus membayar sekitar 924 juta dolar AS atau 1,04 triliun won untuk kehadiran pasukan AS. Jumlah beban biaya itu meningkat dari 830 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.

Negosiasi untuk rencana pembagian biaya telah gagal karena Washington meminta Seoul membayar lima kali lipat dari biaya yang sebelumnya telah dibayarkan. Wall Street Journal melaporkan, kesepakatan pembagian biaya kerja sama militer ini akan berlangsung hingga 2025. Namun Kementerian Luar Negeri Korsel tidak memberikan komentar terkait laporan tersebut.

“Aliansi Amerika adalah sumber kekuatan kami yang luar biasa. Perkembangan ini mencerminkan komitmen administrasi Biden-Harris untuk menghidupkan kembali dan memodernisasi aliansi demokratis kami untuk memajukan keamanan dan kemakmuran bersama kami," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Korsel.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement