Sabtu 15 Aug 2020 16:22 WIB

Korup, 1.000 Pegawai Imigrasi Meksiko Dipaksa Mundur

Video dari CCTV mengungkap praktik korupsi yang dilakukan pegawai imigrasi Meksiko.

Orang mengantre di imigrasi yang berdampingan dengan papan yang memaparkan ebola di sebuah terminal bus di Meksiko (Dok). Lebih dari 1.040 petugas imigrasi Meksiko harus mengundurkan diri atau menjalani pemeriksaan internal akibat praktik korupsi.
Foto: Reuters
Orang mengantre di imigrasi yang berdampingan dengan papan yang memaparkan ebola di sebuah terminal bus di Meksiko (Dok). Lebih dari 1.040 petugas imigrasi Meksiko harus mengundurkan diri atau menjalani pemeriksaan internal akibat praktik korupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Pemerintah Meksiko memaksa pengunduran diri atau memberhentikan lebih dari 1.000 pegawai imigrasi yang diduga melakukan korupsi dan penyelewengan lainnya. Hal itu dikonfirmasikan seorang pejabat tinggi, Jumat (14/8).

Sebagai bagian dari skema modernisasi pemerintahan, Institut Migrasi Nasional (INM) memasang CCTV di kantor mereka. Dari kamera pemantau terungkap ada ketidakberesan oleh sebagian pegawai, mulai dari pemerasan terhadap migran hingga pegawai tidur saat jam kerja.

Baca Juga

"Lebih dari 1.040 PNS harus mengundurkan diri atau menjalani pemeriksaan internal. Kebanyakan telah mengundurkan diri sebab kami mempunyai sistem video kamera di seluruh kantor kami," ungkap Kepala INM Francisco Garduno.

Menurut Garduno, video tersebut memperlihatkan dugaan tindakan pemerasan dan korupsi, katanya. Setiap tahun, puluhan ribu migran, yang mayoritas menyelamatkan diri dari kekerasan dan kemiskinan yang mengakar di Amerika Tengah, melintasi Meksiko untuk mencapai perbatasan AS.

Dalam perjalanan, banyak dari mereka yang menjadi korban kejahatan terorganisasi dan diculik, atau bahkan dihabisi. Kelompok HAM menyebutkan para migran juga menjadi mangsa pegawai negeri sipil korup yang memeras mereka. Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menjadikan pemberantasan korupsi sebagai salah satu landasan dalam pemerintahannya.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement