Ahad 25 Oct 2020 21:28 WIB

6 Siswa Tewas dalam Penyerangan di Sekolah di Kamerun

Serangan oleh pria bersenjata itu juga melukai 16 siswa lainnya

Red: Nur Aini
Serangan oleh pria bersenjata parang di sebuah kelas di barat daya Kamerun
Serangan oleh pria bersenjata parang di sebuah kelas di barat daya Kamerun

REPUBLIKA.CO.ID, KUMBA -- Setidaknya enam siswa tewas pada Ahad (25/10) dan sejumlah lainnya terluka parah, setelah serangan oleh pria bersenjata parang di sebuah kelas di barat daya Kamerun, menurut laporan media.

“(Enam) anak meninggal dan 16 lainnya dalam perawatan menyusul serangan mengerikan oleh pria bersenjata di sebuah sekolah di Fiango, Kumba di Wilayah Barat Daya,” menurut radio dan Televisi Nasional Kamerun.

Baca Juga

Sebagian besar korban yang berusia di bawah 12 tahun itu telah dievakuasi ke Limbe dan Buea untuk perawatan intensif. Pria penyerang itu memasuki sekolah dasar di Distrik Fiango di Kumba pada Sabtu dan melepaskan tembakan, sebelum melarikan diri dengan sepeda motor.

Perdana Menteri Dion Ngute, di bawah instruksi dari Presiden Paul Biya, bergegas mengatur pertemuan untuk membantu keluarga yang terkena dampak.

“Menyerang anak-anak yang tidak bersalah dan orang yang tidak bersenjata itu mencerminkan kepengecutan dan kebiadaban,” kata Ngute.

“Saya sangat mengutuk aksi kekejaman yang dilakukan terhadap siswa tidak bersalah yang tengah menggunakan hak mereka atas pendidikan.”

Dia mendesak semua warga Kamerun “untuk dengan tegas menentang kekejaman ini” sambil mengumumkan bahwa “republik tidak akan tunduk dalam menghadapi teror.” Begitu pula, politisi dan pemimpin internasional mengutuk pembantaian itu.

Moussa Faki Mahamat, ketua Uni Afrika, mengatakan bahwa “tidak ada kata-kata keluhan atau kecaman yang cukup kuat untuk mengartikulasikan rasa ngeri sepenuhnya atas serangan brutal itu.” Itu adalah “pelanggaran hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter yang melindungi penduduk sipil. Pelaku tindakan ini harus diadili,” kata delegasi Uni Eropa di Kamerun.

Duta Besar Prancis untuk Kamerun Cristophe Guilhou mengatakan “para pelaku harus diadili dan dihukum” dan semua upaya sekarang harus dilakukan untuk mengakhiri konflik di barat laut tersebut.

Sejak 2016, Kamerun terpengaruh oleh apa yang disebut krisis Anglophone di barat laut dan barat daya. Sebuah gerakan separatis menyerukan pemisahan dan pembentukan negara merdeka yang disebut Ambazonia. Seruan itu tidak dipenuhi oleh pemerintah Kamerun.

Sejumlah serangan mematikan telah terjadi di wilayah berbahasa Inggris dan tentara bertempur setiap hari di bagian negara tersebut. Setelah penyerangan terhadap sekolah tersebut, sejumlah pengamat menuduh promotor Ambazona berada di balik berbagai pembantaian dan telah bergabung di media sosial dengan taggar #Endambazonianterrorism dan #Endanglophonecrisis.

Warga Kamerun mengingat serangan di Ngarbuh, ketika 23 warga sipil tewas pada 14 Februari. LSM nasional dan internasional menyalahkan tentara, dan memperingatkan warga Kamerun sebelum membuat tuduhan tentang pemisahan diri yang bertanggung jawab.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/6-siswa-tewas-dalam-penyerangan-di-sekolah-di-kamerun/2018181
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement