Senin 30 Jun 2014 07:04 WIB

Jika Ingin Menang, Jokowi harus Bantah Dua Isu Ini

Rep: c57/ Red: Muhammad Hafil
Jusuf Kalla (kanan) bersama Joko Widodo (Jokowi)
Foto: reuters
Jusuf Kalla (kanan) bersama Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk, menyatakan capres nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi), harus membentah dua isu utama jika ingin menang pilpres.

"Kalau Jokowi mau menang, dia harus cepat membantah isu masalah SARA dan capres boneka," ujar Hamdi. Kepada para wartawan, Ahad (29/6) petang, di Jakarta.

Hamdi Muluk menjadi pembicara di acara "Benarkah Mesin Partai Tak Bergerak di Pilpres 2014?" pada Ahad (29/6) sore di Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Lingkar Kajian Wartawan Pemilu.

Agama itu penting, karena masyarakat Indonesia melihat agama sebagai sesuatu yang afektif. "Orang itu bisa bacok-bacokan kalau tersinggung soal agama," tutur Hamdi.

Jadi, orang itu bisa nggak 'respect' kalau melihat orang itu tidak beragama. "Walaupun orang itu sendiri belum tentu sholeh," ungkap Hamdi. 

Kalau isu agama itu cepat sekali masuknya, umumnya begitu. "Jadi, Kubu Prabowo-Hatta mendiskreditkan Jokowi soal agama itu efektif," jelas Hamdi.

Terutama untuk basis pemilih di wilayah Sumatera Barat, Jambi dan orang-orang religius itu kena semua.

Isu kedua ialah soal capres boneka, tentang Jokowi yang dikendalikan oleh orang-orang di belakangnya. "Itu merugikan betul, jadi harus cepat di 'counter' oleh kubu Jokowi dalam waktu singkat ini," papar Hamdi.

Kedua isu ini telah menggerus elektabilitas Jokowi. Sementara sekarang Prabowo dapat angin, ketika isu pelanggaran HAM menjadi tidak terlalu penting di masyarakat. "Jadi, orang bilang nggak apa-apa," lanjut Hamdi.

Cara lain yang harus ditempuh ialah sikap tegas Jokowi. "Seharusnya, Jokowi bisa mencitrakan dirinya tegas," ujar Hamdi.

Tegas itu dalam pengertian mengambil keputusan, bukan dalam tampilan fisik. "Tapi, berikan contoh kepada masyarakat secara konkrit. Bagaimana tegas yang benar itu," tutur Hamdi.

Menurut Hamdi, sisa waktu sembilan hari jelang pilpres ini sudah perang karakter antar kedua capres. "Jadi, siapa yang bisa tampil di masyarakat, saya orang baik dan situ orang buruk," papar Hamdi.

Program dan visi-misi capres nggak penting. Masyarakat juga tidak tahu apa program dan visi-misi kedua capres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement