Kamis 05 Jun 2014 16:28 WIB

Mega Khawatir KPU dan Intelijen tidak Netral

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Erik Purnama Putra
Megawati Sukarnoputri (kiri) didampingi Joko Widodo (Jokowi).
Megawati Sukarnoputri (kiri) didampingi Joko Widodo (Jokowi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengungkapkan, kekhawatirannya pelaksanaan pemilu presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang. Mega mengaku sudah mengendus upaya money politics yang akan dilakukan jelang hari pencoblosan.

"Saya tahu sudah disediakan untuk hal itu (money politics). Minggu tenang yang seharusnya tenang justru jadi minggu yang berkobar-kobar," ujar Mega saat berorasi di depan ratusan pendukung PDIP di GOR Waringin, Jayapura, Kamis (5/6).

Karenanya, Mega mewanti-wanti ke pada para simpatisan agar tak tergoda akan hal itu dan tetap setiap memenangkan Jokowi untuk menjadi presiden.

Hal lain yang membuat Mega khawatir akan pelaksanaan pemilu, yakni kenetralitasan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan keterlibatan intelijen. Karenanya, untuk mencegah terjadinya kecurangan, Mega memerintahkan pada seluruh simpatisan partainya agar mengawal perolehan suara PDIP sampai ke tingkatan paling tinggi. "Itu harus diambil C1-nya," ucap presiden RI kelima tersebut.

Jika suara tidak dikawal, kata Mega, maka sejarah di mana suara PDIP dicurangi pada dua pilpres sebelumnya akan terulang kembali. "Kami banyak sekali digerus suaranya. Angka nol nanti bisa jadi sembilan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement