Selasa 29 Sep 2020 10:52 WIB

Isa Al-Masih dan 7 Tanda Kehadirannya Versi Zionis Israel

Zionis Israel mempunyai versi tersendiri terkait dengan Isa Al-Masih.

Rep: Harun Husein/ Red: Nashih Nashrullah
Zionis Israel mempunyai versi tersendiri terkait dengan Isa Al-Masih. Ilustrasi bendera Israel.
Foto: Reuters
Zionis Israel mempunyai versi tersendiri terkait dengan Isa Al-Masih. Ilustrasi bendera Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, Israel memang bukan ‘negara’ biasa. Dia merupakan sebuah pertanda, terutama bagi penganut Islam, Kristen, dan Yahudi.

Seperti ditulis pakar eskatologi Islam, Imran Hosein, dalam bukunya, Jerusalem in the Qur’an, Yahudi meyakini restorasi Israel —setelah dua ribu tahun Kerajaan Israel dihancurkan— merupakan satu dari tujuh tanda kehadiran Mahsiah, atau Moshiah, atau Mashiach, atau Moshiach.

Baca Juga

Itu adalah bahasa Ibrani dari al-Masih atau Messiah. Tapi, al-Masih yang mereka tunggu bukanlah kedatangan Nabi Isa al-Masih, sebagaimana keyakinan Islam dan Kristen. Mereka menunggu Messiah yang lain.

Meski sedang berlangsung, restorasi Israel tersebut belumlah sempurna. Yang dimaksud restorasi Israel bukanlah sekadar pendirian negara Israel, tapi juga negara dengan luas seperti pada era Nabi Dawud, yang merupakan era keemasan Bani Israil.

Bahkan, gerakan Zionis saat ini menambahkannya dengan gagasan Israel Raya (Eretz Yisrael), yang membentang dari Delta Nil (yang kini masih dikuasai Mesir) hingga ke Sungai Eufrat (yang kini masih dikuasai Irak), seperti yang tertulis di Kitab Genesis, bahkan lebih luas lagi.

Tanda kedua, dari kehadiran Messiah versi Yahudi, ini, adalah kembalinya orang-orang Yahudi yang semula terpencar (diaspora) ke Tanah Suci (Yerusalem). Tanda kedua ini telah lama berlangsung, dan masih berlangsung sampai saat ini. Terus mengalirnya orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Israel, membutuhkan tempat tinggal. Dan, persoalan inilah yang sampai saat ini terus menerus memicu persoalan, karena Israel terus membangun pemukiman baru, dan mengusir orang Arab.

Tanda ketiga, adalah pembebasan Tanah Suci (Yeru salem) dari tangan goyim (sebutan untuk semua orang non-Yahudi). Tanda ketiga ini pun sudah terjadi, tapi juga belum sepenuhnya sempurna.

Pada 1948, saat Israel diproklamasikan, mereka telah menguasai Yerusalem Barat. Setahun kemudian, Israel menobatkan Yerusalem sebagai ibu kota. Bahkan, saat itu, parlemen Israel (Knesset) yang semula di Tel Aviv, telah diboyong ke sana.

Namun, saat itu, Yerusalem Timur —yang merupakan lokasi Kota Tua Yerusalem, dan merupakan tempat berdirinya situs penting tiga agama, termasuk Masjid al-Aqsa— masih dikuasai bangsa Arab (Yordania). Yerusalem Timur dicaplok Israel, setelah Perang Enam Hari pada 1967.

Meski Israel secara sempurna telah menguasai Yerusalem, dan mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota abadi Israel, namun sampai saat ini prosesnya masih tarik-ulur. Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel itu kerap muncul dalam kampanye presiden Amerika maupun ucapan para pemimpin negara Barat, namun sebagian besar negara di dunia belum mengakuinya. Sementara, negara-negara lain, belum ada yang berani me mindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Saat ini pun, ibu kota Israel masih di Tel Aviv.

Status Yerusalem ini, berulangkali menggagalkan proses perdamaian, seperti Pertemuan Camp David pada 2000. Solusi dua negara (two state solutions) yang menjadi ‘jalan tengah’ yang diendorse para pemimpin barat, seperti Barack Obama, juga terbentur masalah Yerusalem. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, ke Israel dan Palestina, pada 3-5 Januari 2014 lalu, menjadikan Yerusalem juga menjadi satu dari lima isu. Tapi, tetap buntu. 

Palestina menghendaki Yerusalem Timur kembali ke pangkuannya, seperti sebelum Perang 1967, dan Palestina pun mengendaki Yerusalem menjadi ibu kotanya. Tapi, Israel menolak, dan menyatakan bahwa konstitusi 1980 negara itu telah menyatakan “Yerusalem, utuh dan menyatu, adalah ibu kota Israel.”

Tanda keempat, adalah kembali dibangunnya Kuil Sulaiman (Haykal Sulaiman atau Masjid Sulaiman). Tanda ini pun belum terpenuhi. Kendati Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah pendudukan Israel, namun Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu (the Dome of Rock) masih berdiri.

Kompleks Haram al-Sharif ini, berdiri di atas reruntuhan Haikal Sulaiman yang dihancurkan Romawi. Kompleks ini, sampai saat ini masih dikelola Yayasan Wakaf di bawah pemerintahan Palestina dan Yordania.

Tapi, skenario penghancuran Masjid al-Aqsa itu, hanyalah menunggu waktu. Di atas kompleks itulah di rencanakan akan dibangun Kuil Sulaiman. Ini merupakan kuil ketiga. Kuil pertama dibangun Nabi Sulaiman, sebelum akhirnya dihancurkan Nebukadnezar. Kuil kedua dibangun Cyrus Agung, dan kemudian dihancurkan Romawi. Sedangkan kuil ketiga, menurut keyakinan Yahudi, akan dibangun di masa mendatang, yang menjadi pertanda era messiah (the messianic age).

Tanda kelima, Israel suatu saat akan menjadi negara superpower, seperti halnya Kerajaan Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman. Dan, ini pun hanya perkara waktu. Israel antara lain sudah memiliki senjata nuklir, yang merupakan salah satu prasyarat negara superpower. Saat ini, yang menguasai percaturan politik dan perekonomian dunia pun orang-orang Yahudi.

Tanda keenam, super power Israel itu akan di pimpin Messiah. Dia akan memerintah dari atas tahta Nabi Daud atau dari Yerusalem.

Tanda ketujuh, kekuasaan itu akan abadi, hingga kiamat tiba. 

Persoalannya adalah, siapa messiah yang ditunggu-tunggu orang Ya hudi itu? Lebih dari dua ribu tahun lalu, kaum Yahudi telah menolak Nabi Isa sebagai al-Masih. Mereka bahkan berkonspirasi dengan penguasa Romawi untuk menyalibnya.

Sampai saat ini, orang Yahudi menanggap Nabi Isa sebagai al-Masih palsu (the false messiah), karena menurut anggapan mereka Nabi Isa telah terbunuh, dan selama hidupnya tidak memenuhi nubuatan sebagai al- Masih, seperti merestorasi Israel, membangun kembali haikal Sulaiman, mengembalikan bani Israil ke tanah Suci, menjadi raja , dan seterusnya.

Bahkan, orang Yahudi menyampaikan tuduhan-tuduhan keji kepada Nabi Isa dan ibunya, Maryam. Bahwa Nabi Isa adalah anak zina, dan melakukan sihir. Sedangkan ibunya, Maryam, adalah seorang pezina.

Setelah peristiwa penolakan Nabi Isa —yang merupakan keturunan Nabi Dawud— sebagai al-Masih tersebut, Tuhan tidak lagi menurunkan nabi kepada Bani Israil. Dan beratus-ratus tahun, persoalan ini menjadi per debatan antara kaum Yahudi yang menolak Nabi Isa dengan Yahudi pengikut Nabi Isa, yang menjadi cikal bakal Nasrani.

Sampai Nabi Muhammad SAW diutus, yang mem benarkan Nabi Isa adalah al-Masih yang sebenarnya. Dan, al-Masih akan turun kembali di akhir zaman, menjadi hakimun adl, atau penguasa adil.

Lalu, siapa messiah yang ditunggu kaum Yahudi? Nabi Muhammad telah memperingatkan tentang kedatangan al-Masih Dajjal, yang secara harfiah berarti al-Masih Pendusta. Orang Kristen menyebutnya sebagai antikristus. “Setelah kaum Yahudi menolak mengakui al-Masih yang asli, yaitu Nabi Isa Putra Maryam, sebuah divine punishment yang paling buruk pun menanti. Ya’juj dan Ma’juj kini membawa orang-orang Yahudi kepada al-Masih palsu, yang akan memimpin mereka dalam petualangan menuju kehancuran,” kata Imran Hosein. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement