Senin 01 Nov 2021 11:35 WIB

Ahli: Kelapa Kopyor Bisa Menambah Imunitas dan Energi

Senyawa Antioksidan dan asam Laurat Kelapa Kopyor tiga kali lipat dari kelapa biasa

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bibit kelapa kopyor. Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI), Dr Priyono, menjelaskan bahwa daging kelapa kopyor mengandung senyawa antioksidan dan asam laurat sebesar 38 persen hingga 51 persen.
Foto: Antara
Bibit kelapa kopyor. Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI), Dr Priyono, menjelaskan bahwa daging kelapa kopyor mengandung senyawa antioksidan dan asam laurat sebesar 38 persen hingga 51 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di Indonesia, khususnya di daerah Jawa, Sumatera dan Sulawesi, kelapa kopyor telah dikenal sebagai salah satu bahan campuran minuman dingin yang lezat dan menyegarkan. Selama ini kelapa kopyor jarang atau tidak mudah didapat di pasaran, bahkan harganya pun lebih mahal dan bisa mencapai empat hingga lima kali lipat harga kelapa tua normal.

Meski langka, permintaan kelapa kopyor kian meningkat selama pandemi Covid-19, mengingat kopyor kaya akan manfaat nutrisi yang bisa menambah kekebalan tubuh. Direktur Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI), Dr Priyono, menjelaskan bahwa daging kelapa kopyor mengandung senyawa antioksidan dan asam laurat sebesar 38 persen hingga 51 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa biasa.

Asam laurat adalah komponen yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, berfungsi sebagai antibakteri, anti kanker, dan meningkatkan imunitas tubuh. Selain itu terdapat pemanfaatan daging buah kelapa kopyor untuk dijadikan makanan sehat, namun belum populer, karena masyarakat hanya mengetahui bahwa kelapa kopyor sebagai minuman pemenuh dahaga saja.

Priyono menjelaskan bahwa potensi daging kelapa kopyor sebagai asupan sehat memang belum banyak dilirik. Salah satu kendalanya karena memang selama ini kelapa kopyor itu kan langka. Itulah yang kemudian yang mendorong PPBBI meneliti soal kopyor hingga akhirnya pada 2013 berhasil menemukan bibit kelapa kopyor melalui teknik jaringan.

 

“Kami menanam bibit kopyor di kebun Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri di Ciampea dan Ciomas, menanam bibit kopyor sejak 2013 dan tahun 2017 kami mulai bisa panen. Dengan teknik jaringan, kami bisa menanam pohon kelapa yang buahnya semua kopyor,” kata Dr Priyono kepada Republika, Ahad (31/10).

Priyono mengatakan, saat ini ketersediaan stok daging buah kopyor cukup banyak. Rata-rata pihaknya bisa menyediakan 600 kilogram daging buah kopyor per bulan. Daging buah tersebut kemudian dikemas dalam kemasan 250 gram dalam kondisi beku, sehingga bisa tahan tiga sampai 4 bulan.

“Sejauh ini banyak bidang usaha makanan, minuman dan restoran yang membeli kepada kami. Kami juga menjual bibit kopyornya. Tapi karena banyak diminati, kami membuat semacam list pembeli, jadi ada antriannya,” kata Dr Priyono.

Pengembangan bibit kelapa kopyor melalui teknik kultur jaringan ini menjadi bukti bahwa hasil riset dalam negeri bisa dilirik industri untuk dikomersialkan. Inilah yang kemudian disambut baik oleh ketua Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Prof Didiek Hadjar Goenadi.

“Umumnya para peneliti kita itu merasa pintar sendiri, dan jarang dari peneliti itu melihat paten research, ujung-ujungnya pas mau dipatenkan tidak bisa karena sudah ada studi lain sebelumnya. Riset kelapa kopyor ini menjadi sebuah bukti bahwa ada kemajuan dari riset kita, dimana mereka bisa punya nilai ekonomis dan dilirik industri,” jelas Prof Didiek.

Prof Didiek menjelaskan, kelapa kopyor konvensional terjadi karena kelapa mengalami pertumbuhan abnormal sewaktu bentukan buah. Terjadinya pertumbuhan abnormal ini sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologis dan menurut ilmu kebakaan, hal itu dapat merangsang terjadinya mutasi gen sewaktu pembelahan sel endosperm. Akibatnya, terjadi kelapa mutant atau kelapa kopyor.

“Itulah yang membuat kelapa kopyor langka, tapi sekarang sudah ada bibit yang bisa membuahkan kelapa kopyor. Itu semua berkat riset, dan saya harap kedepannya para periset bisa melihat peluang itu,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement