Sabtu 23 Oct 2021 13:22 WIB

Vaksin Covid-19 Nanopartikel Diprediksi Jadi yang Terampuh

Vaksin Covid-19 nanopartikel diprediksi ampuh lawan semua varian.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Vaksin Covid-19 nanopartikel diprediksi ampuh lawan semua varian.
Foto: Pixabay
Vaksin Covid-19 nanopartikel diprediksi ampuh lawan semua varian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 berbasis nanopartikel yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Scripps Research berhasil memunculkan respons imun yang memberi perlindungan kuat terhadap SARS-CoV-2. Meski baru tahapan praklinis, dan belum diujikan pada manusia, tetapi vaksin ini diyakini bisa mencapai kekebalan yang kuat dan bertahan lama terhadap semua varian corona.

Vaksin eksperimental, yang dijelaskan dalam makalah di Science Advances, tidak menggunakan virus, messenger RNA (mRNA), atau protein spike dari SARS-CoV-2. Sebaliknya, vaksin ini dibuat dari protein yang dirakit sendiri menjadi struktur nanopartikel seperti virus.

Baca Juga

Setelah diuji coba pada tikus, para peneliti menemukan bahwa struktur nanopartikel ini menimbulkan respons imun yang dengan kuat menetralkan strain SARS-CoV-2 dan semua varian utama lainnya, termasuk varian delta.

“Ini adalah hasil yang sangat menjanjikan, dan peneliti lain di bidang vaksin mungkin bisa mengadopsi dan menjadikannya sebagai tolok ukur standar untuk perbandingan vaksin,” kata peneliti studi sekaligus Profesor di Departemen Biologi Struktural dan Komputasi Integratif di Scripps Research, Jiang Zhu.

 

Desain nanopartikel yang dirakit sendiri adalah salah satu yang telah digunakan Zhu dan rekan-rekannya dalam beberapa tahun terakhir untuk kandidat vaksin lainnya, termasuk untuk HIV, virus hepatitis C, dan virus Ebola. Spike protein yang digunakan untuk vaksin lebih stabil, dan dianggap lebih mampu merangsang respons imun, daripada yang ditemukan pada virus asli dan yang diproduksi oleh mRNA atau vaksin yang tersedia saat ini.

“Hasilnya adalah struktur yang secara luas menyerupai partikel SARS-CoV-2 asli dan secara kuat merangsang respons kekebalan terhadap virus. Namun tidak seperti beberapa konsep vaksin protein lainnya, ia dapat dirakit sendiri dan dapat diproduksi dengan relatif mudah dalam skala besar,” kata Zhu seperti dilansir Eurasia Review, Sabtu (23/10).

Para peneliti juga melakukan serangkaian tes lanjutan, termasuk tes kemampuan plasma darah yang mengandung antibodi dari tikus yang divaksin untuk menetralkan varian SARS-CoV-2 yang berbeda. Para peneliti menemukan bahwa plasma tikus itu dapat dengan kuat memblokir infeksi SARS-CoV-2, dan mutasi lainnya termasuk varian alpha, beta, gamma, dan delta.

Zhu dan rekan timnya juga memeriksa proses biologis induksi kekebalan dengan mikroskop elektron di kelenjar getah bening tikus yang divaksin, untuk mengetahui bagaimana partikel vaksin eksperimental mereka terlibat dengan sel dendritik folikular dan sel B. Sel folikular adalah sel kekebalan yang mengumpulkan dan menghasilkan partikel virus untuk membantu memulai respons kekebalan yang kuat, adapun sel B yang memproduksi antibodi.

Peneliti juga membandingkan keterlibatan ini dengan desain spike protein, dan hasilnya diketahui bahwa kandidat vaksin berbasis nanopartikel sangat unggul dalam merangsang elemen kekebalan ini. Misalnya, partikel vaksin berbasis nanopartikel ditampilkan empat kali lebih luas pada sel dendritik folikular, dan merangsang respons sel B yang lebih lama dan lebih besar yang dikenal sebagai reaksi pusat germinal.

Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa desain vaksin berbasis nanopartikel, jika akhirnya disetujui untuk digunakan setelah uji klinis, dapat sangat mengungguli vaksin Covid-19 lainnya dalam hal potensi perlindungan, luasnya perlindungan, dan mungkin juga durasi perlindungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement