Ahad 25 Jul 2021 05:02 WIB

Studi: Respons Imun Usai Vaksin Terkait dengan Usia

Orang berusia lebih tua tampaknya memiliki lebih sedikit antibodi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Studi: Respons Imun Usai Vaksin Terkait dengan Usia (ilustrasi).
Foto: Istimewa
Studi: Respons Imun Usai Vaksin Terkait dengan Usia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang dewasa dianjurkan mendapatkan vaksin Covid-19. Vaksinasi bertujuan menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity. Dengan terciptanya kekebalan kelompok, infeksi virus pun tidak lebih menular dari orang ke orang.

Sebuah penelitian baru-baru ini di Oregon Health and Science University, menemukan bahwa respons imun dari vaksin, terkait dengan usia. Sebuah studi laboratorium baru itu menunjukkan bahwa orang berusia lebih tua tampaknya memiliki lebih sedikit antibodi terhadap virus corona baru. 

Sebaliknya, studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, menggambarkan bahwa orang berusia muda lebih dapat mengembangkan respons imunitas atau kekebalan tubuh yang semakin kuat. 

"Populasi yang lebih tua berpotensi lebih rentan terhadap varian bahkan jika mereka divaksinasi," kata penulis senior Fikadu Tafesse, PhD, asisten profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di OHSU School of Medicine, dilansir Times Now News, Sabtu (24/7).

Antibodi adalah protein darah yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melindungi dari infeksi. Itu dikenal sebagai pemain kunci dalam perlindungan terhadap infeksi SARS-CoV-2.

Para peneliti mengukur respons imun dalam darah 50 orang dua pekan setelah dosis kedua vaksin Pfizer melawan COVID-19. Mereka mengelompokkan peserta ke dalam kelompok usia dan kemudian mengekspos serum darah mereka dalam tabung reaksi ke virus SARS-CoV-2.

Kelompok termuda, semuanya berusia 20-an tahun, di mana mereka mengalami peningkatan respons antibodi hampir tujuh kali lipat dibandingkan dengan kelompok tertua yang berusia antara 70 dan 82 tahun. Faktanya, hasil laboratorium mencerminkan perkembangan linier yang jelas dari yang termuda ke yang tertua. Hal itu mengartikan semakin muda peserta, semakin kuat pula respons antibodi.

"Orang yang lebih tua mungkin lebih rentan terhadap varian daripada individu yang lebih muda," kata Tafesse.

Akan tetapi, Tafesse dan rekan studinya menekankan bahwa kendati mereka mengukur respons antibodi yang berkurang pada orang berusia lebih tua, vaksin tetaplah masih cukup efektif untuk mencegah infeksi dan penyakit parah pada kebanyakan orang dari segala usia. "Kabar baiknya adalah vaksin kami sangat kuat," kata Tafesse lagi.

Namun, dengan penyerapan vaksin yang melambat di Oregon dan di seluruh Amerika Serikat, para peneliti menggarisbawahi pentingnya mempromosikan vaksinasi di masyarakat lokal. Vaksinasi mengurangi penyebaran virus dan varian baru dan berpotensi lebih menular, terutama bagi orang tua yang tampaknya lebih rentan terhadap infeksi terobosan.

Semakin banyak orang divaksinasi, semakin sedikit virus yang beredar. Orang berusia lanjut tidak sepenuhnya aman hanya karena mereka divaksinas. Orang-orang di sekitar mereka juga perlu divaksinasi. Pada akhirnya, penelitian ini benar-benar menyimpulkan bahwa setiap orang perlu divaksinasi untuk melindungi masyarakat.

“Temuan ini menyoroti pentingnya memvaksinasi orang tua serta orang lain yang mungkin lebih rentan terhadap COVID-19, kata rekan penulis Marcel Curlin, M.D., profesor kedokteran (penyakit menular) di OHSU School of Medicine.

Vaksin masih menghasilkan respons kekebalan yang kuat dibandingkan dengan infeksi alami pada kebanyakan orang yang lebih tua. Vaksinasi dalam kelompok usia tua dapat membuat perbedaan antara penyakit serius dan ringan, serta kemungkinan mengurangi penularan SARS-CoV-2 ke orang lain. 

 

Sumber: https://www.timesnownews.com/health/article/vaccine-immune-response-linked-to-age-study/789691

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement