Selasa 29 Jun 2021 10:59 WIB

Studi Ungkap Berapa Lama Vaksin Covid-19 Bertahan

Di pusat germinal, sel-sel yang belum berpengalaman dilatih lebih mengenali 'musuh'.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: AP/Vincent Thian
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ST LOUIS -- Para peneliti berusaha mengungkap berapa lama vaksin Covid-19 bisa bertahan dalam tubuh. Menurut studi yang digagas periset dari Washington University School of Medicine di St Louis, Amerika Serikat, ketahanannya bisa berlangsung selama bertahun-tahun.

Temuan telah diterbitkan di Jurnal Nature. Tim peneliti yang mempelajari vaksin Pfizer dan Moderna menemukan bukti bahwa respons kekebalan terhadap vaksin itu kuat sehingga manfaatnya bagi tubuh dalam memerangi virus berpotensi bertahan lama. Hampir empat bulan setelah dosis pertama, orang yang menerima vaksin Pfizer masih memiliki apa yang disebut pusat germinal di kelenjar getah beningnya. Itu menghasilkan sel kekebalan yang ditujukan untuk melawan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. 

Pusat germinal yang terbentuk sebagai hasil dari infeksi atau vaksinasi alami merupakan semacam 'kamp pelatihan' untuk sel-sel kekebalan. Ibaratnya, sel-sel yang belum berpengalaman "dilatih" untuk lebih mengenali musuh dan mengasah senjata.

Respons pusat germinal yang lebih baik kemungkinan sama dengan vaksin yang lebih baik. Selain itu, vaksinasi menyebabkan antibodi penawar tingkat tinggi yang efektif melawan tiga varian virus, termasuk varian Beta dari Afrika Selatan.

Vaksinasi menginduksi respons antibodi yang lebih kuat pada orang yang telah pulih dari infeksi SARS-CoV-2 dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terinfeksi. Menurut para peneliti, perlindungan yang bisa dihasilkan dari vaksin sangat luar biasa.

Penulis senior studi, Ali Ellebedy, menjelaskan bahwa pusat germinal adalah kunci untuk respons imun yang protektif. Di tempat itu, ingatan kekebalan terbentuk. Semakin lama memiliki pusat germinal, kekebalan semakin kuat dan tahan lama karena ada proses seleksi sengit. Hanya sel kekebalan terbaik yang bertahan. 

Peneliti menemukan bahwa pusat germinal masih kuat 15 pekan setelah dosis pertama vaksin. "Kami masih memantau pusat germinal, dan mereka tidak menurun pada beberapa orang. Ini benar-benar luar biasa," ujar profesor di bidang patologi, imunologi, kedokteran, dan mikrobiologi molekuler tersebut.  

Penulis senior pendamping, Rachel Presti, mengatakan temuan studi itu merupakan bukti dari respons kekebalan yang benar-benar kuat. Sistem kekebalan menggunakan pusat germinal untuk menyempurnakan antibodi sehingga dapat bertahan selama mungkin. 

"Antibodi dalam darah adalah hasil akhir dari proses, tetapi pusat germinal adalah tempat terjadinya," kata Presti yang merupakan seorang profesor kedokteran, dikutip dari laman Eat This Not That!, Selasa (29/6).

Rekan penulis studi, asisten profesor kedokteran Jane O'Halloran, merekomendasikan vaksinasi bagi semua orang. Studi memang tidak membandingkan efektivitas vaksinasi pada orang dengan dan tanpa riwayat infeksi, tetapi menurut data, efeknya sangat terlihat.

"Jika Anda pernah terinfeksi dan divaksin, Anda mendapatkan peningkatan antibodi. Vaksin jelas menambah manfaat, bahkan dalam konteks infeksi sebelumnya. Itu sebabnya kami merekomendasikan orang yang pernah menderita Covid-19 mendapat vaksin," ujarnya.

Agar tetap aman ketika beraktivitas di luar rumah, ikuti pedoman kesehatan dasar. Bantu mengakhiri pandemi dengan memakai masker wajah yang tepat dan berlapis, kurangi mobilitas, jaga jarak sosial, hindari kerumunan, pastikan menjaga kebersihan tangan, dan jalani vaksinasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement