Senin 16 Nov 2020 08:49 WIB

Penyintas: Pakai Maskermu, Saya Hampir Mati karena Covid-19

Seorang penyintas Covid-19 tak tahu di mana ia tertular virus penyebab Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Pada Rabu (12/11), Minnesota, Amerika Serikat melaporkan jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai rekor tertinggi dalam satu hari, yakni 56 jiwa.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Pada Rabu (12/11), Minnesota, Amerika Serikat melaporkan jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai rekor tertinggi dalam satu hari, yakni 56 jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, MINNEAPOLIS — Poster neon di kamar rumah sakit tempat Kelly Meeker dirawat mencerahkan suasana suram di sana. Poster itu tentu membantu dokter dan perawat mengisi kekosongan, sementara sang pasien berjuang dengan ventilator, tak bisa berbicara.

Poster itu mengisahkan bahwa Meeker senang melatih senam. Dulu, dia tinggal di Florida dan selalu menikmati pantai. Dia mencintai keluarga dan kucingnya. Meeker memiliki tawa yang unik.

Baca Juga

"Itu menyentuh, tapi hilang untuk sementara waktu,” kata Meeker dilansir NBC News dari ranjang rumah sakitnya dengan suara serak, Jumat (13/11)

Meeker yang baru lepas ventilator selama beberapa hari, tidak tahu bagaimana dia tertular virus corona. Meeker memang sempat pergi ke pesta pernikahan keluarga, tapi dia satu-satunya yang jatuh sakit.

Meeker juga penasaran, jangan-jangan dia mendapatkan infeksi di toko kelontong. Dia punya komorbid asma.

Saat kena Covid-19, Meeker merasakan sejumlah gejalanya. Ia demam parah, sakit tenggorokan, dan meriang.

“Saya hanya merasa sengsara. Saya tahu ada yang tidak beres. Saya tahu saya mengidap Covid-19 sejak hari pertama saya mengalami gejala, lalu saya terus memburuk dan semakin buruk, dan merasa semakin sakit dan semakin sakit,” ujar Meeker.

Sekarang, Meeker sudah bisa keluar dari isolasi. Dia membutuhkan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan untuk rehabilitasi setelah ini. “Saya sangat amat bersyukur masih hidup,” kata wanita berusia 36 tahun.

Ibunya, Brenda Fick, selama ini selalu berada di samping putrinya itu. Namun, selama puncak penyakit putrinya, Fick tidak diizinkan berada di sana karena larangan pengunjung. Dia tidak bisa memegang tangan putrinya lagi saat itu.

“Kalian benar-benar tidak bisa membayangkannya. Kalian ingin berada di sana, itu tugasmu. Tapi, kalian tidak bisa,” ujar dia.

Pada Rabu (12/11), Minnesota melaporkan jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai rekor tertinggi dalam satu hari, yakni 56 jiwa. Kasus baru di negara bagian tersebut melonjak sekitar 135 persen hanya dalam dua pekan terakhir. Minnesota juga mencatat rekor hariannya pada Kamis (12/11) dengan 7.228 kasus.

Rumah Sakit Abbott Northwestern di Minneapolis memberi NBC News akses di dalam unit perawatan intensif Covid-19 untuk menunjukkan dampak pandemi yang menghancurkan itu. Sekitar tiga perempat dari 30 tempat tidur ICU merawat pasien Covid-19.

Menjelang musim dingin dan musim flu, ada kekhawatiran tentang tidak hanya ruang tempat tidur, tetapi juga staf. Di seluruh Midwest, lebih banyak petugas kesehatan yang jatuh sakit, bukan di tempat kerja, tetapi melalui penyebaran komunitas. Yang lain harus mengarantina diri sendiri, jika kerabat jatuh sakit.

“Saya pikir itu akan menjadi lebih buruk. Semua orang terpengaruh dari semua sisi,” kata salah satu tim medis, dr. Clara Zamorano.

Perawat terdaftar Katie O'Neil mengatakan, tidak pernah menyangka akan sesibuk itu. “Saya tidak terlalu memikirkan angka. Saya hanya memikirkan pasien saya,” ujar dia.

Bagi Meeker, setiap hari membawa kemenangan kecil. Pada Rabu (11/11), dia mengambil langkah pertamanya sejak sadar dari komanya. Dia memiliki pesan untuk mereka yang masih skeptis terhadap keseriusan virus tersebut.

“Pakai maskermu, karena saya hampir mati karenanya. Ini lebih serius dari yang orang pikirkan,” kata Meeker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement