Selasa 29 Sep 2020 10:00 WIB

Menyantap Makanan Berat Berlebihan Picu Serangan Jantung

Kalap makanan berat dan aktivitas fisik ekstrem efeknya sama terhadap jantung.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Santap makanan dalam porsi secukupnya demi kesehatan jantung.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Santap makanan dalam porsi secukupnya demi kesehatan jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Makanan enak tentunya membuat nafsu makan siapapun meningkat sampai terkadang susah untuk berhenti makan. Kabar buruknya, jika tak memerhatikan banyaknya porsi yang masuk ke perut, kebiasaan makan tidak terkendali ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Gangguan yang bisa timbul mulai dari gas berlebihan dan kembung hingga kelebihan lemak tubuh. Peningkatan risiko penyakit jantung dan strok juga bisa terjadi. Penelitian pun menunjukkan rakus menyantap makanan berat juga dapat memicu serangan jantung.

Baca Juga

Dilansir laman Times Now News, Selasa (29/9), serangan jantung bisa terpicu, terutama pada orang yang mengalami obesitas, memiliki kolesterol tinggi, hipertensi, atau usia lanjut. Para peneliti menemukan peningkatan risiko serangan jantung itu bahkan sampai empat kali lipat dalam dua jam setelah makan. 

Studi yang dipresentasikan di American Heart Association's Scientific Sessions 2000 melaporkan bahwa pemicunya bertindak tak ubahnya melakukan aktivitas fisik yang ekstrem atau ledakan kemarahan. Hal itu terjadi terutama kepada orang yang sudah memiliki penyakit jantung di riwayat kesehatannya, misalnya penyakit arteri koroner atau telah menderita serangan jantung di masa lalu.

Menurut ahli kardiologi dari Rumah Sakit Khusus Super Perawatan Kesehatan Aakash, New Delhi, Dr Aashish Aggarwal HOD, makan berat dapat meningkatkan kemungkinan serangan jantung dengan beberapa cara. Makan dan mencerna makanan, sebenarnya membutuhkan energi, yang meningkatkan tekanan darah karena peningkatan kebutuhan oksigen.

Aktivitas ini membuat jantung memompa lebih banyak darah dan menciptakan tekanan ekstra pada organ. Tekanan darah tinggi juga dapat memisahkan plak kolesterol di dinding arteri, menyebabkan pembentukan gumpalan yang dapat memblokir pembuluh darah dan memicu serangan jantung atau strok.  

Selain itu, makanan berlemak tinggi merusak fungsi endotelium, lapisan dalam arteri. Kenaikan insulin, hormon yang membantu tubuh membakar energi, juga dapat memengaruhi lapisan dalam pembuluh darah setelah makan besar yang dapat menyebabkan serangan jantung.  

Peningkatan kadar insulin darah juga dapat menurunkan relaksasi normal arteri koroner. Makan makanan dalam jumlah besar dalam satu kali duduk menyebabkan tingkat hormon stres norepinefrin yang lebih tinggi dalam tubuh. Kondisi dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, memicu serangan jantung.

Menurut Aggarwal, makanan yang digoreng dan kari dengan krim atau mentega atau yang dimasak dengan minyak kelapa juga menimbulkan risiko. Untuk menghindarinya, dia menjabarkan beberapa hal yang bisa diwaspadai.

"Waspadai semua bahan pangan yang berpotensi merusak jantung. Ini termasuk makanan olahan dan olahan seperti tepung, daging, makanan kemasan, buah-buahan kaleng, minuman soda, dan lain-lain," kata dia.

Semua makanan tersebut memiliki tambahan gula, garam, lemak trans yang merusak jantung. Sebaliknya, pilihlah biji-bijian atau sereal gandum, kacang-kacangan, kacang polong, buah-buahan segar, dan sayuran.

Namun, pilihlah buah dan sayuran utuh dengan bijak jika Anda merupakan diabetesi. Sertakan beri, jeruk, jeruk nipis manis, apel, dan pir yang sedikit gula dan tinggi serat.

"Sebarkan asupan makanan sepanjang hari dan dalam jumlah terbatas. Makan tiga kali makan lengkap dapat menambah tekanan pada perut dan jantung," jelas dia.

Usahakan membagi makanan dalam enam porsi kecil per hari. Pastikan makan malam ringan dan mudah dicerna, hindari makanan berat atau makanan pembentuk gas seperti kacang-kacangan dan kembang kol untuk makan malam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement