Rabu 12 Aug 2020 14:34 WIB

Beredar Info Masker Picu Kekurangan Oksigen, Benarkah?

Pemakaian masker tidak mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga memakai masker. ilustrasi
Foto: www.freepik.com
Warga memakai masker. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Klaim Covid-19 kembali beredar. Kali ini, pesan berantai efek negatif pemakaian masker seperti keracunan gas buang karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia beredar luas di media sosial dan grup-grup percakapan.

Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan-Bedah Kepala, Leher RSA UGM Mahatma Sotya Bawono, membantah klaim itu. Ia menekankan, pemakaian masker tidak menyebabkan keracunan gas buang karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).

Baca Juga

"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," kata Mahatma, Rabu (12/8).

Ia menyampaikan, penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan tenaga kesehatan. Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus-kasus itu dialami dokter maupun tenaga medis lain.

Baik kasus keracunan karbondioksida maupun kasus kekurangan pasokan oksigen. Belum pernah pula terjadi dokter atau tenaga medis mengalami linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.

"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat faktor lain ke individu itu, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi, sehingga tanpa pakai maskerpun sudah ada risiko pingsan," ujar Mahatma.

Pemakaian masker, kata Mahatma, justru dianjurkan saat pandemi sebagai pencegahan penularan Covid-19 saat aktivitas luar rumah dan interaksi ke orang lain. Riset menyebut masker efektif mengurangi transmisi virus corona berukuran nanometer.

Meski begitu, masker-masker, termasuk jenis N-95 masih bisa ditembus oksigen dan karbondioksida. Sehingga, memang tidak menganggu sirkulasi udara dalam pemakaian karena masih ada celah udara bertukar.

"Kalau tidak tembus sama sekali, tiga menit setelah pemakaian masker bisa langsung pingsan," kata Mahatma.

Untuk itu, Mahatma meminta, masyarakat tidak khawatir menggunakan masker karena aman bagi kesehatan dan bisa lindungi diri dan orang lain dari penyebaran virus. Namun, ia mengimbau masyarakat umum untuk tidak memakai masker N-95.

Sebab, masker itu diperuntukkan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien berisiko tinggi. Terlebih, penggunaannya kurang nyaman, melelahkan dan memang hanya untuk tenaga kesehatan yang berhubungan langsung pasien.

Masyarakat umum cukup memakai masker kain tiga lapis dengan memperhatikan cara penggunaan dan melepas yang benar. Dokter spesialis paru RSA UGM Siswanto manambahkan, pemakaian masker aman bahkan saat melakukan olah raga.

Memakai masker saat olah raga aman bagi kesehatan, dan tidak menganggu fungsi paru-paru. Sebab, dari sisi fisiologis kapasitas paru-paru manusia jauh lebih tinggi hingga 200 kali dari kapasitas jantung dan pembuluh darah.

"Bahkan, ada jenis masker khusus yaitu elevated training mask yang biasa digunakan untuk melatih kebugaran," ujar Siswanto.

Sedangkan, dalam kasus meninggalnya pesepeda saat menggunakan masker, Siswanto menjelaskan itu lebih disebabkan gangguan ke jantung atau pembuluh darah. Jadi, bukan permasalahan fungsi paru-paru.

"Penggunaan masker dapat turunkan resiko tertular Covid-19 dan tidak ada perbedaan dampak negatif ke fungsi paru maupun parameter metabolik," kata Siswanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement