Rabu 17 Jan 2018 06:14 WIB

Diet Telur untuk Menurunkan Berat Badan, Amankah?

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Telur
Foto: wikipedia
Telur

REPUBLIKA.CO.ID, Diet telur merupakan salah satu macam pengaturan pola makan yang kerap diadopsi untuk menurunkan berat badan. Meski cenderung beragam, pada dasarnya diet telur dikenal sebagai pola makan berkalori rendah dengan asupan karbohidrat yang minim.

Sumber karbohidrat berpati seperti kentang, nasi dan roti tidak diperbolehkan dalam pola makan ini. Makanan-makanan manis yang tinggi akan kandungan gula juga merupakan hal terlarang dalam diet telur. Sedangkan air putih dan minuman-minuman tanpa kalori masih diperbolehkan dalam diet telur.
 
Diet telur mengandalkan telur sebagai sumber protein. Telur bisa diolah dengan berbagai cara, mulai dari direbus hingga diorak-arik. Yang terpenting, proses pengolahan telur tidak menggunakan mentega ataupun minyak.
 
Diet telur dinilai dapat membantu proses penurunan berat badan karena berkalori rendah. Selain itu, asupan protein yang tinggi dinilai membantu upaya penurunan berat badan. Penelitian dalam American Journal of Clinical Nutrition memang membuktikan bahwa pola makan berprotein tinggi dapat memberikan rasa kenyang dan membantu proses penurunan berat badan.
 
Selain menjadi sumber protein yang baik, telur juga mengandung beberapa vitamin dan mineral penting. Beberapa di antaranya adalah B12, vitamin D dan zat besi.
 
Meski mengandung beberapa nutrisi esensial dan dapat membantu penurunan berat badan, diet telur dinilai bukan pola makan yang baik untuk menjaga hasil dari penurunan berat badan. Orang-orang yang berhasil menurunkan berat badan dengan diet telur biasanya tak bisa bertahan lama menerapkan pola makan ini. Kondisi ini membuat berat badan bisa kembali bertambah seperti semula.
 
Terkait keamanan, telur merupakan sumber protein yang sehat jika dikonsumsi dengan tidak berlebih. Namun, konsumsi telur yang berlebih dapat memicu terjadinya beberapa masalah kesehatan mengingat telur juga mengandung kolesterol yang tinggi.
 
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari enam telur per minggu dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 30 persen pada laki-laki. Di sisi lain, diet telur juga dinilai bukan pola makan yang seimbang dan aman karena ada banyak kandungan gizi lain yang terabaikan. Risiko kekurangan beberapa zat gizi bisa saja terjadi akibat diet telur.
 
Di samping itu, diet telur juga tidak mengandung serat. Akibat yang mungkin terjadi adalah terganggunya fungsi pencernaan yang berujung pada sembelit.
 
"Pola makan tinggi protein dan rendah karbohidrat juga dapat memicu terjadinya efek samping yang tak diinginkan, meliputi kelelahan, sakit kepala dan mual," terang ahli gizi Natalie Olsen RD LC ACSM EP-C seperti dilansir Medical News Today.
 
Dasar dari menurunkan berat badan dan menjaga hasilnya adalah dengan melakukan perubahan yang bisa diterapkan dalam jangka panjang. Sebagai contoh, mengurangi konsumsi makanan olahan, mengurangi asupan daging dan produk turunan susu serta meningkatkan asupan buah dan sayur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement