Rabu 29 Jun 2022 12:44 WIB

Mentan Syahrul ke Jajaran Kementan: Krisis Pangan Dunia Sudah Terjadi

Kementan membuat strategi kerja yang adaptif terhadap situasi krisis pangan dunia

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, meminta seluruh jajarannya membuat strategi kerja yang adaptif terhadap situasi krisis pangan dunia yang telah terjadi.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, meminta seluruh jajarannya membuat strategi kerja yang adaptif terhadap situasi krisis pangan dunia yang telah terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, meminta seluruh jajarannya membuat strategi kerja yang adaptif terhadap situasi krisis pangan dunia yang telah terjadi. Langkah-langkah mitigasi di sektor pertanian Indonesia harus mampu menjawab tantangan ketahanan pangan ke depan.

"Kenapa saya harus bicara begini karena krisis pangan dunia di depan mata. Sudah Terjadi!" kata Syahrul dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 2022, di Jakarta, Rabu (29/6/2022).

Syahrul menegaskan, seluruh jajaran harus memperbaiki konsolidasi, konsep kerja, serta perilaku. Sebab, tantangan sektor pangan dan pertanian telah berubah dan sangat berbahaya bila tak mampu diatasi.

"Dunia sedang tidak lagi biasa-biasa. Hati-hati dan jangan menganggap remeh-remeh saja," katanya.

 

Ia juga mengingatkan, sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo di mana sudah terdapat 60 negara di dunia mengalami krisis pangan. Syahrul menyebut, sebanyak 40 negada di antaranya sudah dalam situasi yang parah berdasarkan laporan berbagai lemnaga dunia.

Lebih lanjut, Syahru menekankan, krisis pangan dunia yang tengah dihadapi berawal dari dampak pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Belum tuntas masalah pandemi, perubahan iklim yang terjadi di berbagai belahan dunia penghasil pangan menekan produktivitas.

"Climate change membuat semua jadi berantakan. Produktivitas bersoal karena ritme pertanaman budidaya hancur total," tegasnya.

Di Indonesia, perubahan iklim berdampak pada bencana banjir yang turut menggenangi daerah sentra pertanian pangan pokok. "Dari seharusnya sudah panen, sekarang masih banjir lalu harga naik dan lain-lain. Di mana-mana musim tidak menentu, yang paling parah di negara empat musim," katanya menambahkan.

Terakhir, krisis pangan bertambah parah akibat adanya perang Ukraina-Rusia. Kedua negara itu menjadi produsen gandum dan pupuk dunia dan alhasil harga melonjak dan dirasakan seluruh dunia.

Karenanya, Syahrul mengingatkan jajarannya, dalam dua tahun ke depan situasi pangan dalam negeri harus kembali stabil. Ia mengingatkan jajarannya untuk bekerja lebih serius dalam mengawal kegiatan produksi pangan di dalam negeri.

Terhadap komoditas impor yang terdampak krisis pangan, Syahrul mendorong agar komoditas lokal bisa mensubstitusinya.

"Situasi ini tidak mudah dan semua kembali ke kita. Strategi kita tidak bisa seperti kemarin. Kalau gandum tidak bisa, kita ganti dengan sagu. Harga pupuk mahal, kita buat pupuk sendiri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement