Sabtu 02 Oct 2021 10:37 WIB

Pemerintah Diminta Perhatikan Nasib Peternak Ayam Petelur

eternak juga menghadapi harga jagung pakan yang relatif tinggi. 

Pekerja mengambil telur ayam di Desa Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (23/9/2021). Akibat harga jual telur yang terus mengalami penurunan menjadi Rp15.500 per kilogram dan diperparah dengan harga pakan mencapai Rp6.000 per kilogram, peternak terpaksa menjual ayam kalingnya untuk menutupi biaya produksi
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Pekerja mengambil telur ayam di Desa Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (23/9/2021). Akibat harga jual telur yang terus mengalami penurunan menjadi Rp15.500 per kilogram dan diperparah dengan harga pakan mencapai Rp6.000 per kilogram, peternak terpaksa menjual ayam kalingnya untuk menutupi biaya produksi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian dimintan sungguh-ungguh memperhatikan nasib peternak ayam petelur. Saat ini harga telur ayam sedang merosot hingga di bawah Rp 14 ribu per kilogram di level peternak.

“Sungguh memprihatinkan, telur ayam di kandang peternak hanya dihargai Rp 14 ribu bahkan sempat di level Rp 12 ribuan. Sementara harga acuan Permendag harga Rp 19-21 ribu per kg,” ujar juru bicara DPP PSI, Kokok Dirgantoro.

Pada saat harga telur jatuh, peternak juga dihadapkan pada harga pakan yang relatif tinggi. Harga jagung pakan eceran di wilayah Kediri dan Blitar, Jawa Timur, misalnya, sempat menyentuh Rp 6.000 per kg. Harganya jauh di atas standar yang ditetapkan pemerintah pada Rp 4.500 per kg. 

PSI menyesalkan koordinasi yang kurang rapi antara Mentan dan Mendag terkait stok jagung dan harga telur ayam. Akibatnya, ujar Kokok, peternak dihantam dua kali, harga telur yang rendah dan harga pakan yang relatif tinggi. 

"Ini tidak bisa dibiarkan berkepanjangan. Presiden harus segera memerintahkan Mentan dan Mendag untuk koordinasi tentang stok dan distribusi Jagung. Harus ada program konkret untuk peternak ayam petelur dan petani Jagung,” ujar dia menjelaskan.

Kokok menyebutkan salah satu provinsi yang harus mendapat perhatian khusus terkait peternak ayam petelur adalah Jawa Timur (Jatim). Provinsi Jatim menghasilkan 1,6 juta ton lebih telur ayam pada 2019. Jumlah tersebut adalah 34,4 persen produksi telur nasional. 

Telur ayam adalah salah satu asupan protein untuk rakyat dengan harga terjangkau. Juga menjadi komoditas yang memberi manfaat ekonomi untuk warung makan, pedagang kue, warung mi instan, dan banyak lagi. Dampak pengganda komoditas telur ayam terhadap perekonomian cukup signifikan.

“Jika tidak ada perhatian khusus, akan terjadi banyak peternak gulung tikar. Tentu ini akan memperberat ekonomi mereka terlebih di masa pandemi,” katanya menegaskan.

Pemerintah harus mampu menciptakan kondisi yang sama menguntungkannya di antara petani jagung dan peternak ayam petelur. “Jangan dibiarkan seperti ini. Jangan pula kondisi hari ini dijadikan alasan untuk impor jagung. Nanti bisa peternak dan petani jagung yang merugi, mafia impor yang untung besar,” ujar dia lagi.

Menurut Kokok, pemerintah perlu memastikan harga acuan jagung dan harga acuan telur ayam agar semua memperoleh keuntungan. Dalam kesempatan yang sama, partai mengumpulkan donasi untuk membeli telur ayam dari peternak dengan harga Rp 20 ribu per kg. Telur akan didistribusikan untuk masyarakat yang membutuhkan, panti asuhan, dan yayasan pendidikan.

“Tak banyak yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat untuk peternak yang kami datangi. Kami berharap agar ada kebijakan yang jelas sehingga yang mendapatkan manfaat adalah seluruh peternak ayam petelur,” kata Kokok.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement