Kamis 21 Jan 2021 20:31 WIB

Potensi Klaster BUMN Pangan Penuhi Kebutuhan Domestik

Pembentukan klaster BUMN pangan memberikan terobosan menyasar pendekatan value chain

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai pembentukan klaster BUMN pangan sebagai hal yang positif.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai pembentukan klaster BUMN pangan sebagai hal yang positif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai pembentukan klaster BUMN pangan sebagai hal yang positif. Toto menilai pembentukan klaster BUMN pangan memberikan terobosan dengan menyasar pada pendekatan value chain.

Toto menyebut penggabungan BUMN dalam satu klaster ini didasari rantai nilai dari hulu ke hilir seperti PTPN dan RNI yang memiliki  lahan perkebunan di hulu, kemudian Pertani dan  PT Sang Hyang Seri buat penyediaan bibit dan pupuk,lalu processing di sebagian PTPN, serta geser distribusi di hilir ke BGR Logistics.

"Di atas kertas konsep bagus saja," ujar Toto saat dihubungi Republika di Jakarta, Kamis (21/1).

Toto menyebut persoalan terbesar terletak pada kebutuhan modernisasi di sektor hulu, seperti pabrik-pabrik gula yang sudah sangat tua dan tidak efisien serta memerlukan investasi besar dalam memperbaiki sektor off farm tersebut.

Toto menambahkan, peningkatan juga harus dilakukan untuk level produktivitas lahan (on farm), terutama kerja sama BUMN dengan petani lokal (program inti-plasma) yang mana standarisasi kualitas produk dan produktivitas perlu dijaga.

"Kalau pasokan bahan baku terhambat maka  produktivitas pabrik juga bisa terganggu," kata Toto.

Toto menilai apabila klaster BUMN pangan berjalan baik dengan asumsi restrukturisasi di hulu berjalan optimal, maka kebutuhan domestik akan beberapa komoditas utama seperti beras hingga gula mungkin bisa dipenuhi dari pasokan domestik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement