Senin 10 Aug 2020 08:53 WIB

Di Musim Kemarau, Produksi Sayuran Tetap Melimpah

kawasan Argapura Majalengka cocok untuk pengembangan sayuran dataran tinggi.

Di tengah musim kemarau tahun ini, produksi aneka jenis sayuran di berbagai sentra terpantau aman. Bahkan beberapa komoditas seperti kubis, sawi putih hingga bawang merah produksinya melimpah sehingga harganya cenderung turun. Seperti halnya di Majalengka, produksi sayuran tetap stabil memasok pasar lokal dan luar daerah.
Foto: istimewa
Di tengah musim kemarau tahun ini, produksi aneka jenis sayuran di berbagai sentra terpantau aman. Bahkan beberapa komoditas seperti kubis, sawi putih hingga bawang merah produksinya melimpah sehingga harganya cenderung turun. Seperti halnya di Majalengka, produksi sayuran tetap stabil memasok pasar lokal dan luar daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA--Di tengah musim kemarau tahun ini, produksi aneka jenis sayuran di berbagai sentra terpantau aman. Bahkan beberapa komoditas seperti kubis, sawi putih hingga bawang merah produksinya melimpah sehingga harganya cenderung turun. Seperti halnya di Majalengka, produksi sayuran tetap stabil memasok pasar lokal dan luar daerah. 

Hal ini tentunya menggembirakan. Pasalnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo senantiasa mengingatkan, kendati dalam kondisi pandemi, sektor pangan harus tetap menjadi fokus utama pemerintah. Menjaga pasokan dari hulu ke hilir merupakan salah satu nawa cita Presiden RI yang menjadi amanah Kementerian Pertanian.

Kondisi tersebut terungkap saat Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, melakukan kunjungan lapang ke sentra produksi aneka sayuran Kecamatan Argapura dan Pasar Induk Sayuran Majalengka, Ahad (9/8). "Menarik, ternyata produksi sayuran tetap melimpah di tengah musim kemarau saat ini. Selain di lahan, saya juga cek langsung ke pasar induk setempat. Pasokan beberapa komoditas seperti bawang Merah, Kubis, Sawi, Wortel dan Kentang tampak melimpah," ujar Prihasto.

Menurut pria yang kerap disapa Anton tersebut, kawasan Argapura Majalengka cocok untuk pengembangan sayuran dataran tinggi. "Selama ini kawasan Argapura dikenal sebagai sentra sayuran terbesar di Majalengka. Untuk bawang merah saja, dalam satu kali musim tanam bisa mencapai 450 hektar hamparan di satu kawasan. Setahun bisa tanam 2 kali. Varietas yang banyak dikembangkan adalah Batu Ijo dan Sumenep. Harga di petani sangat menguntungkan, yaitu Rp 17.000 per kilonya," terangnya. Dalam sekali panen petani mampu meraup untung lebih dari Rp. 100 juta rupiah. 

Sementara saat melakukan panen bawang putih di lahan ujicoba kemitraan antara pelaku usaha impor dengan petani di Desa Cibunut Argapura, Anton menyaksikan bawang putih lokal dapat tumbuh dan berumbi. "Hasilnya cukup baik meski belum maksimal akibat kekurangan air. Hasil ubinan timbang basahnya sekitar 13 ton per hektar," ungkapnya. Lahan disini cocok untuk pengembangan bawang putih, namun perlu selektif dalam memilih benih. "Gunakan siung besar untuk jadi benih agar hasilnya mampu berdaya saing dengan impor" terang Anton. 

Pengurus Gapoktan Sinar Raharja Desa Cibunut, Iwan, mengaku senang bermitra dengan pelaku usaha impor untuk mengembangkan bawang putih. Iwan berharap program bantuan pemerintah maupun importir bisa dilaksanakan tepat waktu sesuai musim tanamnya. "Kami berharap program penanaman bawang putih maupun bawang merah bisa tersalurkan tepat sesuai dengan musim tanam, agar hasilnya lebih maksimal," ujar Iwan. Juga petani berharap dukungan sarana pengairan dari pemerintah untuk menghadapi musim kemarau, tambahnya. 

Turut hadir pada kunjungan kerja Dirjen Hortikultura tersebut Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Dandim 0617/Majalengka, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, BPSB Jawa Barat, Pengawas Benih Tanaman (PBT), Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Mantri Tani, Penyuluh Lapang, Pelaku Usaha, Petani dan tokoh masyarakat setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement