Selasa 30 Nov 2021 01:44 WIB

Menteri ESDM: Meski Genjot EBT, Indonesia Masih Butuh Gas

Indonesia masih butuh gas sebagai sumber energi alternatif sepanjang masa transisi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Menteri ESDM Arifin Tasrif memberi isyarat saat diskusi di atas panggung konferensi Gastech 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 21 September 2021.
Foto: AP/Jon Gambrell
Menteri ESDM Arifin Tasrif memberi isyarat saat diskusi di atas panggung konferensi Gastech 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 21 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan meski Indonesia mengebut porsi energi baru terbarukan dan beralih dari energi fosil ke energi bersih, namun tidak bisa meninggalkan industri migas. Sebab, kata dia, Indonesia masih butuh gas sebagai sumber energi alternatif sepanjang masa transisi energi.

Arifin melihat kondisi kebutuhan gas masih penting bahkan dikancah internasional tergambar dari pergerakan investasi. Hari ini, kata Arifin investasi EBT memang meningkat tajam, namun investasi di sektor hulu migas juga tetap bertumbuh meski tidak signifikan seperti dulu.

Baca Juga

"Industri hulu migas tidak ditinggalkan begitu saja kok. Masih ada pertumbuhan meski memang tidak sesignifikan dahulu," ujar Arifin, Senin (29/11).

Arifin mengingatkan industri hulu migas berkontribusi pada peningkatan ekonomi. Selain menyumbang penerimaan negara, sektor hulu migas juga membantu kinerja sektor penunjang seperti perbankan hingga perhotelan.

"Setiap 1 miliar dolar investasi di hulu itu berdampak 1,6 kali untuk industri penunjangnya," kata Arifin.

Industri hulu migas juga menjadi penyokong pada masa transisi ke energi hijau. Sebagai catatan, pemerintah berencana mengganti konsumsi gas masyarakat dari liquified petroleum gas (LPG) atau gas minyak cair menjadi Dimethyl Ether (DME).

Melihat hal itu, Arifin menilai potensi lapangan migas baik konvensional dan nonkonvensional perlu digali. Proses tersebut, sambung Arifin, tidak sederhana dan membutuhkan dukungan serta kerja sama semua pihak.

Selain itu, industri hulu migas juga harus dikembangkan dengan mempertimbangkan keberlanjutan. Dalam hal ini, teknologi maju dan ramah lingkungan harus digunakan. Dengan demikian, peningkatan produksi migas tetap sejalan dengan inisiatif rendah karbon dan target emisi nol pada 2060 yang yang menjadi komitmen Indonesia dalam Konferensi Iklim COP26 beberapa waktu lalu.

"Saya berharap industri hulu migas tetapi berkomitmen untuk tetap mendukung industri migas dengan cara kerja yang baru dan tanggung jawab penuh pada sustainability dan pengembangan low carbon initiatives," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement