Rabu 21 Sep 2022 22:10 WIB

BUMN Didorong Jaga Ketahanan Energi dan Pangan Nasional

BUMN harus jadi garda terdepan dalam menjawab tantangan utama di Indonesia saat ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Tantangan utama yang tengah dihadapi bangsa saat ini dan masa depan yakni menjaga ketahanan energi dan pangan. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Tantangan utama yang tengah dihadapi bangsa saat ini dan masa depan yakni menjaga ketahanan energi dan pangan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan BUMN harus jadi garda terdepan dalam menjawab tantangan utama di Indonesia saat ini. Pahala menyebut dua tantangan utama yang tengah dihadapi bangsa saat ini dan masa depan yakni menjaga ketahanan energi dan pangan.

"Kita harus memastikan ketahanan energi ke depan, mengingat pada saat ini Indonesia setiap harinya mengimpor kurang lebih sekitar 300 ribu barel minyak, dalam bentuk produk maupun minyak mentah," ujar Pahala saat peluncuran produk unggulan dari Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) di Agro Plaza, Jakarta, Rabu (21/9/2022).

Hal serupa terjadi pada sektor pangan. Pahala mengatakan Indonesia saat ini masih mengimpor lebih dari empat juta ton, baik gula konsumsi maupun gula industri. Pahala menilai hal ini sangat ironis mengingat Indonesia memiliki kekayaan alam dan memiliki kekuatan yang seharusnya bisa dioptimalkan dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Dengan kerja keras dan kolaborasi, Pahala optimistis hal ini dapat terwujud. Pahala mencontohkan keberhasilan Indonesia yang sejak 2018 tidak mengimpor Solar lewat penerapan program B20 dan B30.

"Dengan adanya kebijakan tersebut kita bisa menggantikan Solar sehingga saat ini keseluruhan biosolar yang sudah kita jual itu tentunya merupakan produk dengan kandungan hasil Fame yang diproduksi asli Indonesia," ucap Pahala.

Pahala meminta BUMN tak berhenti berinovasi mencari alternatif bahan bakar ke depan. Dia mencontohkan kebijakan Etanol E5 dan S10 yang sudah diterbitkan sejak 2015 sampai saat ini belum bisa diterapkan karena Indonesia belum memiliki produksi Etanol yang cukup.

"Begitu juga dengan tantangan bagaimana kita bisa memproduksi Etanol ke depan," lanjut Pahala.

Pahala juga berharap pengembangan riset Perhutani dan Holding Perkebunan PTPN III dapat menemukan terobosan guna menekan tingginya impor gula ke depan. Pahala berharap Indonesia sudah mampu mewujudkan swasembada gula konsumsi dan memenuhi sebagian kebutuhan gula industri dalam lima tahun ke depan. 

"Kuncinya kita harus berupaya untuk bisa hanya bisnis as usual,, tapi bagaimana kita bisa melahirkan inovasi-inovasi baru pengembangan pengembangan baru. Seperti di bidang tebu, kita berharap bisa menghasilkan varietas-varietas baru untuk bisa memastikan peningkatan produktivitas gula dan tebu," kata Pahala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement