Selasa 04 May 2021 07:07 WIB

PMI Manufaktur Naik, Pengolahan Nonmigas Jadi Penggerak

PMI Manufaktur Indonesia mampu menembus level 54,6 pada April.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja memberikan pakan kepada kambing Sapera menggunakan alat modern di Farm House Pure Fresh, Desa Petirhilir, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (25/3). Selama ini sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional.
Foto: Antara/Adeng Bustami
Pekerja memberikan pakan kepada kambing Sapera menggunakan alat modern di Farm House Pure Fresh, Desa Petirhilir, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (25/3). Selama ini sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri manufaktur di Tanah Air semakin melaju kencang. Hal ini dinilai menandakan produktivitas kian bergeliat demi memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. 

Di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19, laju aktivitas industri terus dipacu guna mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional. “Selama ini sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional. Maka diperlukan perhatian lebih dalam rangka meningkatkan kinerjanya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (3/5).

Baca Juga

Ia melanjutkan, kabar baik dari sektor industri kembali ditunjukkan melalui catatan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mampu menembus level 54,6 pada April, sesuai yang dirilis oleh IHS Markit. Capaian tersebut naik signifikan dibanding Maret yang berada di posisi 53,2. Apabila PMI di atas angka 50, mencerminkan sektor industri sedang ekspansif.

Sepanjang dua bulan berturut-turut, PMI manufaktur Indonesia menorehkan rekor tertinggi. Selain itu, kondisi bisnis kini telah menguat dalam enam bulan terakhir ini di tengah kondisi pandemi, dengan tren positif dari sektor industri yang gencar melakukan perluasan usahanya.

“Alhamdulillah, para pelaku industri kita mulai bangkit lagi. Sebab, kalau kita melihat ke belakang, pada April 2020 adalah kondisi PMI manufaktur Indonesia saat jatuh ke titik terendahnya, yaitu di level 27,5,” tutur Agus.

Menurutnya, PMI manufaktur Indonesia berada di tingkat ekspansif merupakan salah satu indikator perekonomian yang semakin membaik. Sekaligus kepercayaan dunia usaha dan industri terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai sudah on the track.

Guna menjaga kinerja gemilang di sektor industri, pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif. Langkah strategisnya antara lain melalui pemberian kemudahan izin usaha dan stimulus insentif.

Menperin juga mengemukakan, utilisasi industri pengolahan nonmigas sudah kembali melonjak hingga 61,30 persen. Angka itu meningkat signifikan dibanding dua bulan sebelumnya. 

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari sampai Maret 2021, nilai ekspor industri pengolahan menembus hingga 38,96 miliar dolar AS atau tumbuh 18,06 persen dibanding periode sama pada tahun lalu. Sektor manufaktur ini menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor nasional, yakni mencapai 79,66 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement