Sabtu 17 Apr 2021 02:30 WIB

Indef: Peluang Ciptakan Supersiklus Komoditas dengan China

Pulihnya ekonomi China akan membantu kinerja ekspor Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Dampak wabah corona ke neraca perdagangan Indonesia-China.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Dampak wabah corona ke neraca perdagangan Indonesia-China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain di dunia setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu. Pada kuartal I 2021, China mencatat rekor pertumbuhan ekonomi produk domestik bruto (PDB) tertingginya sejak 1992 yakni 18,3 persen (yoy).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai peluang ekspor naik didorong oleh permintaan bahan baku industri China, misalnya kenaikan ekspor CPO tumbuh 45 persen dari Januari sampai Maret 2021 dibanding tahun lalu. 

Baca Juga

“Peluang ini menciptakan supersiklus komoditas, dimana harga komoditas ekspor asal Indonesia ikut naik,” ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (16/4).

Hanya saja, Bhima menyebut, hal yang perlu diperhatikan juga kenaikan dari sisi ekspor bahan baku dan olahan primer akan menimbulkan tekanan pada industri manufaktur karena terlena naiknya harga komoditas. Dari sisi impor hal yang perlu dicermati kinerja impor cenderung meningkat karena produsen China, karena melihat pasar Indonesia yang besar. 

“Modelnya nanti menggunakan channel e-commerce untuk jual barang yang diproduksi di China. Ini bisa melemahkan sisi industri dalam jangka menengah maupun panjang,” ucapnya.

Sementara Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menambahkan pulihnya ekonomi China akan membantu kinerja ekspor Indonesia, sehingga mampu mencatatkan surplus perdagangan.

“Pulihnya ekonomi China secara bertahap meningkatkan demand terhadap barang-barang ekspor Indonesia dan mendorong kenaikan harga barang komoditas,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement