Jumat 27 Nov 2020 17:25 WIB

Konsumen Mobil Dalam Negeri Berminat Produk PHEV

Konsumen bisa langsung pindah ke BEV jika ekosistemnya mendukung.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Kendaraan listrik di Beijing International Automotyive Exhibition (ilustrasi). Konsumen Indonesia disebut lebih berminat pada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV.
Foto: reuters
Kendaraan listrik di Beijing International Automotyive Exhibition (ilustrasi). Konsumen Indonesia disebut lebih berminat pada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum memasuki era kendaraan listrik murni, konsumen di dalam negeri disebut lebih berminat pada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV. Meskipun, insentif produk hybrid maupun plug in hybrid hanya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). 

"Kalau dilihat, dari insentif PPnBM produk hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif dan ke depannya produk kendaraan hybrid dan kendaraan plug-in hybrid pasti berkembang," kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Riyanto pada Jumat (27/11).

Baca Juga

Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti UI di kawasan perkotaan, emisi kendaraan PHEV hampir sama seperti kendaraan listrik murni. Selama simulasi, BBM yang terpakai sangat kecil dan pergerakan kendaraan ditopang baterai.

"Plug-in hybrid ini mirip dengan full battery karena kalau di dalam kota pembakarnya tidak berfungsi," kata Riyanto.

Besarnya minat masyarakat terhadap PHEV terlihat dari ludesnya penjualan Nissan Kicks e-Power dalam lima hari sejak diluncurkan pada September 2020.

Meski saat ini masyarakat memilih hybrid atau plug-in hybrid. tapi dalam jangka panjang jika ekosistemnya ada, masyarakat bisa pindah langsung ke battery electric vehicle (BEV).

Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja menilai, belum berkembangnya kendaraan listrik di Indonesia dipengaruhi berbagai faktor. Mulai kecukupan pasokan listrik, pengolahan limbah baterai, hingga ketersediaan stasiun pengisian daya.

"Suplai listrik sangat menentukan, karena kendaraan listrik akan bergantung pada daya listrik yang mudah diakses," kata Hari.

Hambatan lainnya adalah baterai dengan densitas daya tinggi, pengisian daya dalam waktu cepat dan tahan lama. Berikutnya adalah regulasi teknis dan keuangan untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik. Termasuk stimulus yang diberikan bagi produsen dan konsumen serta pengolahan limbah baterai dan sistem daur ulang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement