Selasa 24 Nov 2020 14:13 WIB

Vaksin Merah Putih Siap Diproduksi Akhir 2021

Vaksin merah putih menggunakan pendekatan terbaru yang lebih cepat dan aman.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berkontribusi secara global melawan virus Covid-19. Selain sebagai salah satu pusat penelitian uji klinik fase III bagi vaksin Sinovac yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia juga turut serta meneliti dan memproduksi vaksin Covid-19 mandiri yang disebut vaksin Merah Putih.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid Kemenristek BRIN Prof Dr Ali Ghufron Mukti mengatakan, saat ini Indonesia sedang berproses menghasilkan vaksin.

Baca Juga

"Kita bersyukur, perusahaan nasional Bio Farma masuk ke dalam CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) yang ikut berperan dalam inovasi dan produksi vaksin di dunia," ujar Ghufron dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (24/11).

Ghufron menyampaikan, Indonesia mengembangkan vaksin Merah Putih dengan beberapa institusi seperti Lembaga Eijkman dan beberapa universitas, termasuk LIPI dengan platform yang berbeda-beda dengan target produksi pada 2021. Ghufron menyebut faktor yang menjadi fokus pengembangan vaksin Merah Putih tentu keamanan, kemudian tingkat efektivitasnya. 

"Stabilitas vaksin Merah Putih itu sendiri, implementasi, hingga ketersediaannya nanti juga akan terus dipantau," ucap Ghufron. 

Ghufron mengatakan, Indonesia harus mampu memiliki terobosan. Selama ini, kata Ghufron, Indonesia sudah mampu mengekspor vaksin ke 140 negara dan menjadi negara rujukan di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk vaksin.

Menurut Ghufron, masyarakat tidak perlu takut terhadap vaksin dan program vaksinasi yang nantinya akan dijalankan pemerintah. Kendati begitu masyarakat harus tetap menjaga kesehatan karena vaksin bukan satu-satunya cara untuk terbebas dari virus Covid-19. Ghufron mengajak masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak).

"Kita juga harus mampu berinovasi tidak hanya untuk mengatasi covid, tapi juga memberikan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan terhadap impor," kata Ghufron.

Deputi Fundamental Research Eijkman Institute Prof Herawati Sudoyo Supolo menyampaikan Indonesia harus turut serta dalam pengembangan vaksin ini karena negara ini mempunyai kemampuan, sumber daya manusia, dan fasilitas yang mumpuni. Terkait pengembangan vaksin covid yang dikembangkan Eijkman, Herawati mengatakan telah menggunakan pendekatan terbaru yang lebih cepat dan aman serta mampu memberikan data yang akurat pada pemerintah.

Ia meyakini Vaksin Merah Putih akan memberikan kedaulatan nasional. Oleh karena itu percepatan penemuan kandidat vaksin Merah Putih ini dilakukan secara paralel. Herawati mengaku optimistis dengan proses pengembangan vaksin merah putih mengingat Eijkman sudah terbiasa menggunakan platform tersebut.

"Peneliti saat ini tidak bekerja lagi dalam senyap. Kita diminta untuk bisa menjadi komunikator, termasuk memperbaiki komunikasi publik kita untuk memberikan informasi tentang kegunaan vaksin kepada pemangku kepentingan dan publik," ucap Herawati.

Herawati mengatakan lembaga Eijkman selalu memberikan laporan kemajuan penelitian di laboratorium mereka. Herawati mengatakan Vaksin Merah Putih berbasis virus covid-19 yang beredar di Indonesia dan dikembangkan anak bangsa. Kemandirian ini sangat penting karena menyangkut kedaulatan dan kemampuan sebuah negara dalam penguasaan teknologi dan inovasi. Dengan kemajuan ini, dia katakan, Indonesia tidak akan menjadi negara trader atau sebatas pengimpor. 

"Kemungkinan kita akan memberikan laporan vaksin merah putih di awal 2021. Menurut saya vaksin Merah Putih itu jangka panjang. Kita tidak ingin memberikan vaksin Merah Putih yang tidak aman dan tidak manjur. Jadi kita akan melalui semua prosesnya. Tapi tetap ada percepatan tadi," ungkap Herawati.

Herawati mengingatkan vaksin itu bukan segalanya. Dalam dunia kedokteran, kata dia, pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Ia berpesan protokol kesehatan harus tetap kita jalankan walau sudah memiliki vaksin nantinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement